CHAPTER 32

127 31 3
                                    


DEAL☆

***

Nugi tak datang ke sekolah di hari Sabtu. Saat Bima menanyakannya ke Fatur, teman sekelas mereka yang juga mengikuti ekskul basket, lelaki itu bilang Nugi izin karena pergi ke Bandung dengan alasan acara keluarga.

Bahkan, Senin Nugi tak masuk sekolah dengan alasan yang sama.

Ketiga sahabat Nugi itu terus meneleponnya, puluhan kali dalam beberapa hari belakangan namun ia tak sekalipun menjawabnya, atau membaca pesan yang dikirimkan via chat.

"Gue telepon dia ratusan kali deh kayaknya dalam dua hari ini. HP gue sampai cepat habis baterai. Gue bahkan sampai mimpi telepon dia." Keluh Bima saat ketiganya sedang berkumpul di rumah Myta.

"Sama … gue juga." Lirih Iva.

"Ya, gue juga." Myta ikut mengeluh.

"Apa yang lo pikirin soal Nugi dan babyboy lo itu, Va? Mereka memang orang yang sama tapi dengan jiwa yang berbeda. Apa yang bakal lo lakuin, atau omongin, pas lo berkesempatan untuk ketemu Nugi nanti?" Tanya Bima.

Iva mengerutkan alis, merasa cemas.  "Gue … juga gak tahu, Bim. What should I do, or say?"

"Yang terpenting adalah, apa yang lo rasain dan pikirin tentang dua sosok itu? Setelah itu baru kita luruskan apa yang salah dalam pemikiran lo." Ucap Myta.

"Ya, temukan why-nya, maka kita bisa temukan juga how-nya untuk jalan keluar."

Iva menghela nafas. "Jalan pikiran gue rumit. Bahkan gue sendiri pun bingung."

"Tentang babyboy dulu, kasih tahu kita pendapat lo." Pinta Myta.

"Dia … spesial. Spesial yang bikin gue merasa spesial. Dia bisa menenangkan, bikin gue nyaman dan aman sejak awal, dengan cara yang manis walaupun kadang gombal. Gue tipikal orang yang sulit menyamankan diri dan jijik waktu dengar cowok asing gombalin gue. Tapi dia, bahkan sebelum gue kenal dalam satu jam, bisa bikin jantung gue berdebar, pipi gue panas dan memerah karena kata-kata manis—yang sebenarnya—agak terdengar seperti gombalan, gak tahu kenapa. Dia punya efek yang menyenangkan buat gue. Manis dan misterius. Bikin gue penasaran tapi juga menikmati kemisteriusannya."

"You definitely like him." Komentar Myta.

"I was, yes."

"Dan Nugi?" Bima kini memberikan pertanyaannya.

"Dia … menakutkan kata orang-orang, tapi anehnya gue gak takut. Sebaliknya, gue bisa merasakan kesepian dan kesedihan yang dia sembunyikan. Bikin gue ingin melindungi, menemani, dan memastikan kalau dia baik-baik aja. Walaupun dia terus nolak kebaikan gue berulang kali pada awalnya, tapi ternyata akhirnya dia kasih gue kesempatan untuk 'masuk' ke dalam dunianya yang … gelap dan misterius. Dan gue melakukan kebaikan itu bukan karena kasihan, tapi ada rasa peduli dan penasaran yang aneh dalam hati gue ke dia."

"Dan?" Bima memajukan tubuhnya.

"Ternyata … dia menjaga gue walaupun dengan caranya dia sendiri yang agak dingin dan tegas, tapi itu bikin gue tenang dan merasa aman. Dia mungkin jarang banyak ngomong, dan kadang bicara hal yang menyakitkan, tapi dia memperlakukan gue dengan lembut dan manis pakai caranya dia sendiri dengan tindakannya. Dan itu bikin gue merasa istimewa. I mean, dia gak begitu ke orang lain. Ya 'kan?"

"Yah … bahkan gak ke gue sekalipun. Dan ke Myta. You are special to him."

"Serius deh, gue sampai nyangka Nugi suka sama lo. Atau kalian saling suka. Pikirin aja, dia selalu ada buat lo. Di saat-saat emergency-nya lo, Va, dia selalu tiba-tiba muncul dan jagain lo. Romantis, kalau gue bilang. Bahkan Juna aja dulu gak pernah segitunya sama lo. Tapi Nugi? Jangan ditanya deh ...." Myta menjelaskan.

THE LOST BOY [ COMPLETED ✅ ]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora