CHAPTER 8

164 31 2
                                    

TIRAMISU


'Gue tunggu di restoran chinese food lantai 1. Buruan!'

***

Iva menghela nafas berat saat sampai di Grand Mall siang itu. Kesal karena Nugi seenaknya menyuruhnya cepat datang.

Ia mengedarkan pandangan, mencari restoran yang Nugi sebutkan, dan menemukannya dekat eskalator.
Ia pun masuk dan menemukan sosok yang selalu berekspresi dingin itu sedang bersandar di sebuah sofa merah sambil memainkan ponselnya.

"Gi. Sorry lama. Gue tadi lagi—"

"Duduk." Lelaki itu menunjuk kursi di seberangnya dengan dagu.

Iva mengernyitkan alisnya. "Gak jadi beli jeruk?"

"Jadi. Gue lagi pesan makan. Lo belum makan, 'kan?"

Iva menggeleng.

"Pesanlah." Nugi memanggil pelayan dan menyuruh Iva memesan.

"Ditunggu, ya." Pelayan itu tersenyum dan segera mendatangi sebuah lubang berbentuk kotak yang ditutupi tirai merah untuk menyampaikan pesanan Iva.

Tak lama kemudian, pesanan keduanya datang. Dan mereka langsung menyantapnya.

"Santai aja. Gue gak buru-buru kok." Nugi melihat Iva yang sedang melahap makanannya dengan antusias.

Ia menahan tawanya karena melihat betapa konsentrasinya wanita itu saat makan. Benar-benar tak bersikap selayaknya wanita pada umumnya saat makan di hadapan lelaki.
Bahkan melihatnya makan membangkitkan seleranya.

"Gue bukan buru-buru. Tapi lapar!"
Nugi menahan tawanya lagi melihat Iva mengaku lapar sambil makan dengan cepat.

Aneh, cewek biasanya kalau makan harusnya malu-malu dan anggun. Tapi dia malah kelihatan lucu. Pikirnya.
Dia satu-satunya orang yang bikin gue nyaman gak makan sendirian.

"Mau pesan lagi? Kurang?" Ejeknya.

Iva menggeleng setelah menghabiskan minumannya. "Udah kok. Kenyang."

Setelah saling sibuk memainkan ponsel selama sepuluh menit sejak selesai makan, Nugi pun bangkit lalu pergi ke kasir dan kembali padanya.

"Nah, sekarang ayo ke bagian supermarket." Ucapnya antusias, namun tetap dengan wajah tanpa ekspresi.

Iva bangkit dari duduknya, mengikuti langkah lelaki berkulit putih itu ke arah supermarket yang mengambil troli.

"Kayaknya berlebihan deh, kalau pakai troli. 'Kan cuma beli jeruk." Iva menunjuk troli yang diambil Nugi.

Lelaki itu mengangkat sebelah alisnya. "Siapa bilang cuma beli jeruk?"
Lalu meninggalkan Iva yang kebingungan di pintu masuk supermarket.

Mereka langsung ke bagian tempat sayur dan buah berada, Iva pun memilihkan jeruk untuk Nugi.

"Kenapa gak minta tolong pegawai di sini? 'Kan banyak orang, tuh."

"Gak mau." Tukas Nugi.

"Ih, kenapa? Mereka lebih ahli dalam memilih buah, Gi."

"Gak!" Jawabnya ketus dan meninggalkan Iva yang langsung menyusulnya sambil membawa satu plastik jeruk yang telah ditimbang sambil cemberut.

"Ih, lo ngerjain gue, ya? Nyuruh gue jauh-jauh ke sini, mendadak lagi, mana nyuruh cepet. Gue tadi lagi nyuci baju sampai gue tinggal tahu gak?!" Ucapnya misuh-misuh.

"Udahlah, gak usah dibahas. Nih, dorong trolinya. Tangan gue sakit." Nugi mendorong trolinya ke arah Iva dan melangkah menjauhinya, memilih beberapa kebutuhan rumah yang diminta mamanya untuk dibeli.

THE LOST BOY [ COMPLETED ✅ ]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora