CHAPTER 33

144 33 8
                                    


STRANGE FEELING

***

"Va, Sabtu nginap di rumah gue yuk? Dio manggung. Gue malas clubbing, tapi gak ada teman di rumah." Ajak Myta.

"Uh … gue gak bisa, mau ke Depok."

Myta dan Bima mengernyitkan alisnya. Sementara Nugi melirik Iva dengan tatapan heran. 

"Ngapain? Ke rumah lama lo? Apa jangan-jangan … lo mau ketemuan sama Reza?" Myta menyipitkan matanya curiga.

"Ah, enggak." Iva mengibaskan tangannya. "Dia juga gak tahu dimana sekarang. Terakhir komunikasi waktu masih SMP sebelum pindah ke sekolah lo, Sis."

"Reza?" Tanya Bima penasaran. Nugi pun menoleh menatap teman sebangkunya itu, menunggu jawaban.

"Iya, Reza. Mantannya Iva. Cinta pertama dan pacar pertamanya sebelum sama Juna. Yang dia ceritain pas kita habis clubbing waktu itu." Ucap Myta menjelaskan.

Bima mengangkat alisnya. "Hmm, ya."

"Terus, ngapain ke Depok?" Tanya Myta lagi.

"Soalnya mendiang bokap ulang tahun. Jadi gue mau ke makamnya. Sendirian."

"Kok gak sama Bunda?" Kini, Bima bertanya.

"Bunda sibuk, jadi belum bisa ke sana. Gue nginap di rumah Zahra. Ingat,  'kan? Sahabat gue di sekolah lama sebelum pindah ke sekolah lo dulu." Iva menjelaskan.

Myta mengangguk. "Naik apa ke sana?"

"Naik kereta."

"Sendirian? Gak takut? Banyak copet dan orang mesum." Tanya Bima cemas.

"Ah, cuma ke Depok. Gak akan ada apa-apa. Gue berangkat siang kok sekitar jam sebelas."

"Oke, hati-hati. Kabarin kalau ada apa-apa." Pinta Bima.

"Oke."

***

Sabtu pagi.

Pukul sepuluh, Iva sedang memastikan tak ada yang tertinggal untuk memeriksa tas yang akan dibawanya.

Ini pertama kalinya ia pergi ke luar Jakarta sendirian. Ia agak takut namun juga antusias dengan pengalamannya kali ini.

Sesuatu antara dirinya dan Nugi mengganggunya. Dan itu membuat Iva ingin refreshing. Menurutnya, refreshing itu berarti ia pergi ke makam mendiang bapaknya, lalu bercerita dan menangis sepuasnya di sana tanpa takut ada orang lain yang mengganggunya.

Satu set piyama, dua kaus, jeans, dalaman untuk baju ganti, charger, botol minum, perlengkapan mandi, pouch make up dan pelembab. Done!

Iva membawa tasnya menuruni tangga dan pamit pada Kak Adil. Saat hendak memesan ojek online untuk ke stasiun, ponselnya bergetar, telepon dari Nugi.

"Halo, Gi."

"Lo masih di rumah atau udah di perjalanan ke Depok?"

"Masih di rumah, mau berangkat. Kenapa?"

"Gue di depan rumah lo."

"Eh, tapi—"

"Pokoknya, ke depan sekarang."

Telepon ditutup begitu saja. Iva pun kembali menyimpan tasnya di sofa depan TV. Ia menggenggam erat ponselnya dengan bimbang.

Selain karena Bunda yang lupa ulang tahun Bapak, gue ke Depok sebenarnya pengen menghindar dari Nugi yang terus menghantui pikiran gue. Tapi kenapa dia malah datang pas-pasan gue mau berangkat, sih?! Harusnya gue pergi lebih pagi tadi ... ugh!

THE LOST BOY [ COMPLETED ✅ ]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum