CHAPTER 16

150 30 1
                                    

BABYGIRL


***

Iva pergi ke wilayah dekat SMP-nya dengan Myta dan Juna dulu. Sendirian.

Karena mimpi mengenai seorang anak lelaki yang memanggilnya babygirl itu terus menghantuinya, ia ingin mengingat siapa anak lelaki itu, dan bagaimana kisah mereka.

Yang ia ingat, anak lelaki itu dan dirinya melewati tiga hari yang sangat berkesan hingga akhirnya anak lelaki itu tak pernah lagi muncul.

Ia berkeliling di area sekolahnya. Sekolah sepi karena hari Minggu. Ia menelusuri jalan yang ia lalui setiap pulang sekolah. Hingga sekitar satu kilometer dari sekolah, ia melihat sebuah gang buntu di samping sebuah toko lampu, dan teringat sesuatu.

*Flashback*

"AKH!" Erang Iva saat rambutnya ditarik oleh kakak kelasnya, Riri, yang sering mem-bully dirinya.

"Apa yang lo pakai buat bikin Juna ngejar-ngejar lo, hah?!"

Iva menerima tamparan di wajahnya. Tamparan keras yang membuat pipinya terasa panas dan perih.

"Apa pakai ini?!" Kakak kelasnya itu meremas payudara Iva dengan keras. Ia pun mengerang kesakitan.

"Atau ini?!" Ia mencengkram keras paha atas Iva.

"Stop, Kak, please." Pinta Iva. Ia melihat sekeliling, ingin kabur namun dua teman Kak Riri menghalangi jalan keluar dari gang itu.

Riri menarik mendorongnya dengan keras hingga tersungkur. Wanita itu bersiap menendang pinggang Iva, suatu hal yang beberapa kali dilakukannya. Ia pun memejamkan matanya.

Hingga teriakan wanita terdengar bersahutan. Iva membuka matanya perlahan. Ia membelalakkan matanya dengan situasi yang dilihatnya.

Seorang lelaki yang sepertinya seusia dirinya, mengenakan topi biru tua, masker hitam, kemeja baseball hitam, jeans hitam dan sneakers hitam, sedang menarik rambut ketiga wanita itu, sekaligus.

Iva sempat tertegun melihat sosoknya. Tatapan matanya terlihat tajam. "Lari! Apa yang lo tunggu?!" Tegurnya.

Ia pun mengambil tasnya dan berlari sambil menangis ketakutan. Ia bahkan tak sempat memberi ucapan terima kasih.

"Heh! Jangan kabur lo!" Iva mendengar Kak Riri meneriakinya.

Ia tak peduli dan terus berlari hingga berhenti di sebuah toko yang berisi berbagai mesin permainan, agak jauh dari tempatnya kabur tadi.

Nafasnya putus-putus, tubuhnya gemetar bukan main. Ia masuk ke toko tersebut dan duduk di sebuah kursi dekat pintu demi menenangkan dirinya.

Ia tertunduk. Kepala dan pipinya terasa nyeri. Ia ingin menangis, namun malu.

Kemudian, sesuatu yang dingin terasa menempel di pipinya. Ia pun melirik, melihat sebuah kaleng soda. Saat ia menengadah, lelaki yang tadi menolongnya berdiri di hadapannya.

"Pipi lo harus di kompres." Ia duduk di samping Iva. Suaranya ia tak ingat jelas, yang ia ingat suaranya memberikan efek tenang bagi yang mendengarnya.

Ia pun memegang kaleng soda tersebut dan mengompres pipinya. Kemudian sebuah botol air mineral dingin dijulurkan padanya.

"Minum ini. Lo pasti capek lari."

Iva meminumnya dengan cepat. Ia menoleh, mencari sosok yang menerornya beberapa bulan belakangan. Takut apabila mereka menemukan dirinya di sana.

"Mereka udah pergi ke arah lain. Gak usah takut."

THE LOST BOY [ COMPLETED ✅ ]Where stories live. Discover now