02: Memory of Your Scent

3.3K 552 65
                                    

CHAPTER 2
Memory of Your Scent

[playlist: Huh Gak – Memory of Your Scent]

***

Sepasang kelopak mata mengerjap lalu terbuka perlahan di kala sang pemilik raga terbaring di atas ranjang berteman selimut listrik berpenghangat. Dua buah netra jernih di sana sayu pandangnya.

Perempuan bergaun kelabu, bertatanan rambut lurus panjang dan berkulit pucat layaknya pualam itu mulai menapakan kaki pada lantai marmer ruangan bernuansa gading; berjalan menuju sebuah nakas dan meraih sebuah botol parfum yang kemudian digenggamnya erat. Bersama itu, sosoknya menyeret langkah keluar, meniti tangga yang menghubungkan lantai dua dengan lantai dasar rumah berinterior luar biasa mewah. Ada potret manis pernikahan sepasang muda mudi yang terbingkai cukup lebar di ruang tengah.

Dapur yang menyatu dengan ruang makan di mana sebuah meja persegi panjang berdiri bersama dua buah kursi yang berhadapan adalah tempat di mana perempuan itu berada sekarang. Meletakan botol parfum ke atas meja, ia menguncir asal rambutnya sebelum mulai menggauli bahan masakan dan alat-alat dapur. Cukup piawai sepasang tangan berjemari lentik dengan sebuah cincin yang melingkar cantik pada jari manis kirinya.

Sekitar satu jam, meja makan telah penuh oleh piring-piring berisi hidangan yang ditata sedemikian rupa menggiurkan setiap pasang mata memandang. Sup tahu pedas dengan irisan daging ayam adalah favorit seseorang. Maka, ada senyuman manis dari bibir pucat perempuan itu tatkala mencicipi hidangan tersebut.

Dentingan waktu merambat pada pukul enam petang, semestinya satu jam lagi seseorang akan berpulang dan duduk di hadapan perempuan tersebut untuk menyantap makan malam. Namun sayangnya, penantian satu jam bukanlah cukup. Kaki yang tadinya menapak pada lantai mulai diangkat dan ditekuk ke atas kursi yang perempuan itu duduki, kemudian sosoknya beranjak memeluk lutut; meletakan sepasang lengan di atasnya, berikut menenggelamkan kepala di sana.

Memandang lurus pada parfum yang teronggok di tengah-tengah meja, jemari perempuan itu meraih, lalu membuka dan menyemprotkannya ke udara. Ia memejamkan mata, menghirup aroma leather berpadu dengan woody yang hanya ada satu di dunia sebab perempuan itu sendiri yang meracik parfum tersebut untuk seseorang. Parfum spesial untuk orang yang spesial pula.

Satu musim terlewati tanpa hadirnya sosok itu. Dan, seperti malam-malam sebelumnya, perempuan bermata sayu di sana masih setia menunggu, berharap malam ini laki-laki yang dirindukannya hadir secara ajaib.

Satu jam berlalu, tetapi aroma parfum yang disemprotkan perempuan itu belum juga menghilang. Masih membekas bahkan mulai kurang ajar menjajakan beberapa kenangan di benak. Kenangan masa-masa indah yang terekam manis di setiap sudut rumah ini, pelukan dan ciuman penuh keromantisan.

Bahkan, seolah tak cukup dengan itu, aroma parfum tersebut menyeret jiwa sang perempuan menuju momen bulan madu di Venesia musim semi lalu. Setiap tatapan penuh cinta dari seorang laki-laki saat keduanya saling melabuhkan pandang, meresapkan kehangatan ke dalam relung hati dan menyajikan segelintir rindu tak bertepi. Hingga sebuah tragedi yang kembali mengusik akal, menggulung hangat dan menggantinya dengan beku.

Satu menit yang mengubah segala suka cita menjadi nestapa. Kala itu, di dalam sebuah mobil, saat sepasang manusia saling berpandangan dengan senyum yang mematri wajah masing-masing, tiba-tiba saja sorot menyilaukan kendaraan di depan sana membuat keduanya tak mampu melihat apa-apa. Debuman baja yang kencang meredam teriakan perempuan tersebut. Kala membuka mata, ia telah berada di tepi danau bersama sosok laki-laki yang terkapar basah kuyup penuh luka dan sebuah mobil yang nyaris tenggelam sepenuhnya.

SILHOUTTE: After A Minute [END]Onde histórias criam vida. Descubra agora