38: Night We Took Off The Clothes

1.7K 289 117
                                    

CHAPTER 38
Night We Took Off the Clothes

[Playlist: Sunwoojunga - Your Eyes]

***

Didampingi Mingyu, sore itu Jeffrey mengunjungi makam mendiang Jaehyun.

Bunga dalam genggaman Jeffrey letakkan di atas nisan. Dua bola mata padam jatuh tepat pada sebingkai foto hitam putih laki-laki dengan rupa yang nyaris tiada beda dengannya. Kendati raut tertampil sedemikian tenang, kecambuk rasa pedih bersikukuh mendiami dada Jeffrey. Benaknya meraung-raung putus asa di saat lisan senantiasa terbungkam tanpa mengurai sepatah kata.

Walau bagaimanapun, Jeffrey tetap tak bisa meredam kesadaran bahwa ialah yang membuat saudaranya merenggang nyawa. Dua tungkak diseret paksa menjauh. Jeffrey tak yakin, dirinya tak akan berakhir tumpah bilamana berdiri lebih lama lagi di sana. Maka, sehabis menasbihkan ratusan kata bertajuk penyesalan dari lubuk hati terdalam, Jeffrey beranjak pergi.

Mingyu mengarak Jeffrey menuju tanah Gwangju, 350 kilometer jauhnya dari Seoul. Sekitar tiga jam perjalanan, Jeffrey kini menapaki pelataran bangunan sederhana panti asuhan yang dulu pernah menjadi tempatnya bernaung. Tak banyak yang ia ingat. Hanya pohon persik di ujung sana, ia ingat dulu kerap berebut mengambil buahnya bersama Jaehyun kecil.

Beberapa saat berbincang dengan seorang biarawati yang terbilang sudah berumur, Jeffrey kini duduk di sebuah ruang baca yang dipenuhi anak-anak malang berpura-pura bahagia. Sebuah album lawas ada dalam genggaman. Setelah satu per satu halaman diteliti sepintas lalu, berpuluh-puluh menit waktu, Jeffrey habis untuk memandang sebuah foto dengan warna yang nyaris pudar:

foto dua bocah kembar identik.

"Jung Jaehyun," lirihnya membaca satu nama yang tertoreh tinta lapuk di sana. Jemari menunjuk, lalu bergeser pada goresan di sebelah, "Jung Yoon Oh."

Hari ini Jeffrey mengetahui nama lahirnya. Sebatas tahu, lalu mencoba untuk lupa. Walau bagaimanapun, seluruh dunia hanya tahu bahwa ia adalah Jeffrey Anderson, manusia yang semestinya segera dibinasakan dari muka bumi karena dinilai terlalu sampah.

"Yoon Oh?"

Mendongak, Jeffrey terkesiap begitu mendapati Mingyu berdiri di sampingnya, turut memperhatikan foto yang tengah menjadi objek tatap Jeffrey begitu lama. "Haruskah aku memanggilmu dengan nama itu? Jung Yoon Oh?"

Album ditutup. Pertanyaan Mingyu tak menuai jawab. Jeffrey memilih berlalu pergi tak hendak berlarut-larut menjadi melankolis. Kembali ke Seoul di kala petang kian beranjak malam, sepanjang duduk di kursi penumpang, Jeffrey tenggelam dalam lamunan. Ia terbawa deras arus yang bermuara pada lautan penuh sesal.

Getar ponsel memaksa Jeffrey agar kembali sadar. Benda di saku jas segera dikeluarkan. Satu detik berselang, matanya membulat penuh begitu menerima sebuah foto dari pengirim tak teridentifikasi. Memperbesar tampilan, Jeffrey kian tak bisa menetralkan gemuruh cemas yang menerkam seluruh jiwa dengan tetiba.

"Lucas?"

Sosok pria bermandikan darah dan luka itu adalah Lucas. Setengah mati, Jeffrey berupaya merotasikan akal memikirkan tindakan apa yang mesti ia segerakan. Lucas dalam bahaya besar.

"Asisten Kim!"

"Ya!"

"Putar balik mobilnya!"

Di mula, Mingyu mengerutkan kening tak paham. Namun, melihat raut wajah Jeffrey yang diliputi gusar, ia pun memilih tak banyak bicara. Mobil dikendarai sesuai instruksi Jeffrey, lalu berhenti di kawasan sebuah apartemen sederhana. Mulanya, Mingyu enggan tahu lebih banyak dan berniat pulang setelah mengantarkan Jeffrey. Namun, rasa peduli juga khawatir yang entah sejak bila ada teruntuk Jeffrey membuat Mingyu sudi turut menaiki puluhan anak tangga dan berakhir memasuki sebuah unit yang begitu tak tertata.

SILHOUTTE: After A Minute [END]Where stories live. Discover now