28: The Wrecked Canoe

1.4K 340 165
                                    

CHAPTER 28
The Wrecked Canoe

[Playlist: Kim Jun Seok – Flower of Evil]

***

Di dalam sebuah aula berukuran sedang sebuah perusahaan raksasa, beberapa manusia berpakaian formal tengah sibuk mendiskusikan prahara kerja sama.

Kim Mingyu berdiri di salah satu sudut, mengamati sosok pria yang menjadi pusat atensi seluruh pasang mata lantaran begitu cakap menjabarkan rencana brilian. Tak salah memang jika dua orang bersaudara kerap memiliki persamaan. Jung Jaehyun dan Jeffrey dikaruniai kualitas akal setara Einstein. Kabar yang Mingyu dengar, Jeffrey bahkan tak menamatkan sekolahnya. Namun, selama menjabat sebagai seorang pimpinan beberapa bulan belakangan ini, pria itu selalu membuat Mingyu ternganga dengan segala pemikiran dan tindakannya.

Getar ponsel menyeret Mingyu segera dari geming tanpa aksi berguna untuk kemudian merogoh saku celana. Benda pipih dikeluarkan. Layarnya menyala menampilkan pemberitahuan panggilan masuk dari Mola.

"Ya ini aku."

Mingyu merendahkan suara nyaris seperti berbisik menyapa seseorang di seberang usai menggulirkan ikon terima. Terdengar Mola dengan gelisah kentara menjawab, "Aku tidak bisa menghubungi Tuan Jung maupun Nona Alice. Jadi, aku menghubungimu."

Jelas saja, ponsel Jeffrey di atas podium memang berkali-kali bergetar. Namun, sang pemilik tengah disibukkan dengan salindia berisi kurva-kurva ruwet.

"Ada apa?" Kendati rasa penasaran menggunung di dada, Mingyu berupaya benar untuk tetap bersikap tenang mengingat ia tengah berada di forum resmi.

"Nona Rosé ...."

Seakan ada sesuatu yang samar mencekat suara Mola di ujung sana. Pun Mingyu bisa menangkap gemetar kala Mola mencoba kembali mematah penjelas, "Nona Rosé tidak sadarkan diri."

"APA?"

Kontan, Mingyu tak bisa menahan luapan keterkejutan. Mulutnya tanpa sadar berseru tegas sehingga mau tak mau, ia harus menerima konsekuensi ditatap seluruh individu di dalam ruangan tempatnya berada kala itu. Tak terkecuali Jeffrey yang mengerutkan dahinya dalam-dalam bersama tanda tanya besar di mata kala menyorot Mingyu.

Tak berupaya menjelaskan apa yang menyebabkan kacau tersemat pada ekspresinya, Mingyu hanya sebatas membungkuk sebagai tanda maaf lalu berjalan segera meninggalkan ruangan sambil terus berkomunikasi dengan Mola. Barangkali, memberitahu Jeffrey akan mengganggu pekerjaan pria itu, Mingyu memutuskan untuk menyelesaikan perkara Rosé seorang diri.

Maserati dikendarai Mingyu begitu kencang. Tanpa seijin Jeffrey, pria itu pergi di jam kerja yang belum usai. Dadanya bergemuruh mengingat bagaimana Mola mendeskripsikan betapa kondisi Rosé begitu mengkhawatirkan. Kerisauan akan kejadian lampau dikala perempuan itu terkapar dengan mulut penuh busa dan nyawa yang nyaris tiada memukul Mingyu tak sudah-sudah. Diinjaknya gas kendaraan, tak ragu membanting stir ke kanan dan ke kiri membawa mobil menelusup di antara padatnya lalu lintas di waktu siang.

Saat sampai di depan gerbang tinggi menjulang sebuah hunian, cepat-cepat Mingyu berlarian masuk menemui Mola dan beberapa pelayan muda yang sama risau. Wanita setengah abad itu bersimpuh di atas pualam sebuah studio seni dan beberapa kali mengguncang sosok perempuan yang terkapar tak sadarkan diri. Di sekitar, kuas-kuas yang biasanya tergabung dalam satu wadah kini bergeletakan di mana-mana mereka suka. Kanvas yang terpasang pada easel masih melukiskan karya setengah jadi lantaran sang pelukis lebih dulu tumbang tanpa sempat menyelesaikan.

Setelah terdiam beberapa sekon sebab akal tengah mencoba memikirkan penanganan yang mungkin dilakukan, Mingyu akhirnya mengambil alih tubuh ramping perempuan bergaun selayak awan. Nadi berdenyut lemah saat Mingyu mengeceknya sehingga tanpa pikir panjang pria itu segera membawa Rosé mengarungi jeda cukup jauh menuju mobil yang terparkir di pelataran rumah.

SILHOUTTE: After A Minute [END]Where stories live. Discover now