12: So Care(less)

2K 377 40
                                    

CHAPTER 12
So Care(less)

[Playlist: Hodge – In My Little Mind]

***

Ramalan cuaca tidaklah selalu akurat. Hari ini misalnya.

Deretan alfabet yang terpampang pada layar ponsel dalam genggaman seorang perempuan terbaca 'hujan salju ringan'. Namun, nyatanya langit di atas sana menghampar sedemikian biru bersama matahari yang bersinar tiada malu.

Sungguh, Rosé tak benar-benar ingin bermain papan luncur. Ia sempat melambungkan harapan agar salju turun dengan deras sehingga ia tak perlu mengunjungi tempat itu—Elysian Gangchon, tempat ski terbaik di negerinya. Menggulung diri di dalam selimut dan terlelap di pelukan hangat sang suami, tidak ada yang jauh lebih Rosé dambakan ketimbang itu.

Sayang, suaminya terlanjur percaya bahwa ia teringin bermain papan luncur sehingga di sinilah Rosé berada sekarang dengan perlengkapan berseluncur lengkap yang melekat pada tubuhnya.

"Berdiri!"

Duduk di atas sebuah kursi besi, Rosé mendongak usai mendengar perintah sosok pria dalam balutan jaket tebal. Tak lantas patuh, Rosé mengambil kesempatan untuk menoleh dan memandangi orang-orang yang tengah belajar bermain ski didampingi petugas. Nampak terjatuh beberapa kali, tetapi setelahnya mereka menikmati kegiatan itu setelah berhasil berdiri di atas papan tanpa bantuan dan meluncur menuruni lereng.

"Tidak mau?"

Melihat Rosé yang tak mereaksi, Jeffrey bertanya lagi sehingga atensi wanita itu kembali teraih, menghunusnya tanpa arti sebelum mengedip dua kali.

"Mau. Tapi ...," lirih Rosé kemudian menjeda panjang. "Aku tidak terlalu pandai bermain ski. Jadi, kau saja yang bermain, aku akan melihatmu dari sini."

Rosé tak sepenuhnya berbohong. Seperti apa yang Alice katakan tempo hari, ia hanya akan berakhir membuat boneka salju ketika kakeknya membawa Rosé kecil ke wahana papan luncur. Terlalu malu untuk mengatakan alasan sesungguhnya bahwa ia takut tergelincir, Rosé menggigit bibir bawah ketika melihat raut dingin Jeffrey usai ia memberinya alibi lain.

"Berdirilah!"

"Tapi ...."

Sekali lagi, Rosé tak meneruskan ucapannya lantaran jemari berbalut sarung tangan Jeffrey terulur di depan wajahnya. "Aku akan mengajarimu," tutur pria itu sepersekon kemudian.

Melabuhkan sepasang irisnya pada tangan Jeffrey yang menengadah dan wajah rupawan sang pemilik, Rosé dipeluk bimbang. Alih-alih menjabat uluran tangan Jeffrey, Rosé justru menunduk lalu dengan lirih mengucap, "Aku takut jatuh."

Mendengar itu, Jeffrey akhirnya menarik kembali jemari yang tak bersambut. Helaan napas Jeffrey mengudara pelan menimbulkan kepulan asap keluar dari mulut pria itu. Ski memang bukan hal yang sering Jeffrey lakukan, Ia hanya pernah mencobanya sekali bersama Mark saat libur musim dingin beberapa tahun silam, di Venesia sana. Dan, menurut Jeffrey, berseluncur tidak sesulit yang dibayangkan. Kalaupun jatuh, timbunan es akan meminimalisir rasa sakit yang didapat.

Sayangnya, Jeffrey terlalu malas berdebat, tetapi tak ingin membuat kedatangannya kemari berakhir sia-sia tanpa mencoba wahana yang menanti di depan mata. Jadi, ia memutuskan untuk meraih lengan perempuan itu tanpa ijin sang pemilik seraya berucap, "Tidak akan kubiarkan kamu terjatuh. Percayalah, kau aman bersamaku!"

Nyatanya, kalimat sederhana itu mampu menjungkir balikan perasaan Rosé seketika, mampu menghapus pula kebimbangan yang sempat dirasakan perempuan itu. Rasa percaya pada Jeffrey tumbuh perlahan-lahan dalam jiwa Rosé. Ia bahkah tak menyadari benar sejak kapan dirinya beranjak dari kursi, lalu berjalan mengikuti langkah pria yang menggenggam lengannya erat.

SILHOUTTE: After A Minute [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang