51: Being My Bride in One Night

1.6K 264 122
                                    

CHAPTER 51
Being My Bride in One Night

[Playlist: Park Miji – Dad Lost Two Children]

***

"Pimpinan!"

Seseorang berseru lantang.

"Pimpinan Jung!"

Kedua kali, rasonan yang sama bergabung bersama udara dalam rangka membelah kesunyian jalanan berkelok di kaki bukit sewaktu senja. Sosok pria bersurai legam tak acuh tetap mengarak sepasang tungkak menapak pada aspal berselimut timbunan salju seolah panggilan itu bukan diperuntukkan untuknya.

Memang benar, sejak selingkar cincin ditanggalkan dari jari manisnya, ia bukan lagi orang terhormat yang pantas dipanggil dengan sebutan demikian. Ia bukan 'Pimpinan', 'Pimpinan Jung', atau sebutan apa pun itu yang lekat dengan seorang Jung Jaehyun.

Delapan menit lalu, ia telah kembali utuh sebagai seorang pria berdarah dingin bernama ...

"Tuan Jeffrey Anderson!"

Langkah berhenti berderap. Kim Mingyu yang tadinya berdiri di dekat sebuah Maserati telah cukup muak memandang punggung lebar yang tak tegap di ujung sana. Maka, ia berjalan menghampiri, menyeret lengan sang pemilik untuk kemudian membawanya kian menepi pada trotoar yang menghadap pada hamparan kebun anggur. Duduk mereka berdampingan, menekuk lutut dan membungkusnya dengan lengan.

"Kau masih mencintai Rosé?" Satu persoalan diajukan Mingyu. Jeffrey hanya sebatas bersuara pelan, "Apa pentingnya itu sekarang?"

Meski tak ada sedikitpun raut antusias mendekam pada wajah rupawan Jeffrey, tetapi ketahuilah, hati pria itu tak lantas bisa berlaku sama. Di dalam sana, hati seperti punya mulut yang sanggup berseru jika mencintai Rosé masihlah menjadi perannya, dan merintih tiap kali mengingat bahwa kisah mereka telah resmi tamat tetapi sialnya perasaan itu masih melekat kelewat kuat.

"Jika kamu masih mencintainya, maka jangan pergi! Aku tahu kamu tidak menginginkan itu. Jangan hancurkan dia karena dia sudah cukup hancur! Sebenci apa pun kamu, semarah apa pun kamu sekarang, Rosé bukan bagian yang mesti kamu hancurkan, Jeffrey. Aku tahu setiap kali kamu menghancurkannya, maka kamu juga ikut hancur."

Ingatan tentang Jeju menyapa kepala Mingyu. Tentang Jeffrey yang memintanya datang membawa pulang Rosé sementara pria itu sendiri berdiam diri di mobil bersama kehancuran yang tercermin dari sepasang mata. Juga ingatan tentang tangisan Jeffrey yang Mingyu dengar diam-diam di malam seusai Rosé mengalami keguguran kandungan.

"Jadi, berhentilah! Jangan berpikiran untuk pergi ke manapun. Kembali padanya, kembali menjadi jeffrey yang menjaga, mengasihi, menyayangi, dan mencintainya sepenuh hati."

Benda kecil berkilau kian nampak gemerlap dibias cahaya mentari sore. Itu tersemat di antara ibu jari dan telunjuk Mingyu, dipersembahkan terkhusus di hadapan wajah Jeffrey. Namun, masih saja, sorot tak berarti mendiami Jeffrey sekian waktu bersama bisu.

"Mengapa harus aku? Menjaga, menyayangi, dan mencintainya sepenuh hati. Asisten Kim, kamu jauh lebih mampu melakukan itu, jauh lebih pantas ketimbang aku."

Dengan tabiat sebagai si tangan-tangan penuh dosa, agaknya mustahil betul bagi Jeffrey untuk menadahi limpahan tanggungjawab atas Rosé kembali. Mustahil pula bagi Rosé menerima Jeffrey sapaket dengan fragmen kelam masa lalu pria itu yang penuh kegelapan. Dan, yang paling mustahil di antara kemustahilan lainnya bagi Jeffrey adalah

Bahagia.

Halaman berikutnya setelah ini hanyalah kisah yang penuhi dengan melankoli dan penyesalan. Bahkan, sekalipun Jeffrey berusaha membereskan perkara-perkara hidupnya, itu hanya seperti membaca buku yang sama—tamatnya tak berubah.

SILHOUTTE: After A Minute [END]Where stories live. Discover now