52: Cistus - Tommorow I'll Die

1.5K 276 111
                                    

CHAPTER 52
Cistus – Tommorow I'll Die

[Playlist: Ye Sol Kim – Who Is The Monster]

***

Di atas nakas, sebuah ponsel bergetar dua kali. Layarnya menyala, menampilkan pemberitahuan pesan masuk dari pihak entah siapa. Terulur perlahan, jemari lentik seorang perempuan di tengah kegelapan meraih benda tersebut lalu menggulirkan ikon yang seketika membuat ruang obrolan maya terbuka.

Deretan konsonan berbaur dengan vokal menyertai sebuah video rekaman.

Suamimu, Jung Jaehyun, dibunuh!

Dalam benak, perempuan itu melafalkan. Kedua iris kecoklatan yang nampak berkilauan di tengah gulita mulai dihiasi ketertegunan.

Ibu jari gemetar memutar video yang diterima. Yang pertama terdengar oleh telinga adalah senandung beserta siul, diduga berasal dari lisan sang pengemudi kendaraan yang rekaman kamera blackbox-nya tengah disaksikan seksama. Nampak sebuah Ferrari gading tak asing, berdiam di pinggir tebing lantas dihantam keras-keras hingga terjun ke dasar danau.

Ia mematung bersama jantung yang berdebar-debar kaget. Akal kecil perempuan itu berotasi segera memanggil ingatan tentang sebuah momen mengerikan yang pernah ia lewati, tentang ketakutan yang merajai, dan tentang penyesalan yang masih membekas hingga kini.

Jantung kian memompa hebat seiring dengan napas yang terburu-buru menderu ketika layar ponsel menampilkan sosok pria berpenampilan awutan keluar dari truck yang pergi begitu saja sehabis menyebabkan sebuah mobil celaka. Pria itu kembali muncul dengan membopong sebuah tas hitam, tersenyum sumringah seakan baru saja dihadiahi uang jutaan dolar.

Satu pesan menyusul masuk.

Pembunuhnya adalah pria yang berada di sampingmu selama ini. Jeffrey Anderson.

Pandangan gelisah bergulir dan jatuh tepat pada seonggok raga yang terlelap nyaman di atas ranjang. Sekali lagi, ia mengamati wajah pria di layar ponsel juga mengamati wajah pria di sana. Analisa kemiripan mendekati sembilan puluh sembilan koma sembilan persen. Maka, dengan serta-merta kecambuk berbagai rasa berhamburan memeluk jiwa.

Mulut setengah terbuka. Ada ringisan pedih ketika segala bukti terlalu memaksanya agar percaya. Wajah rupawan terselimuti kedamaian menjadi objek yang ditatap penuh kebencian. Walau bagaimanapun, ia tak bisa hanya diam setelah mengetahui kebenaran bahwa seorang pembunuh ada bersamanya dalam kurun waktu tak sebentar.

Langkah berderap cepat. Ruangan berisi jajaran pakaian didatangi lantas sebuah kotak besar berisi gaun cantik berwarna putih dibawanya pergi menuju lantai tiga rumah. Tak peduli hari yang masih terbilang dini atau angin kencang musim dingin yang kelewat menusuk tulang, perempuan yang ujung-ujung surainya berterbangan itu menyeret sebuah tong sampah baja.

Gaun pengantin dibuang ke dalam sana. Alkohol yang diambil dari ruang pembuatan parfum disiramkan pula. Berikut, jemari memantik api dari korek dalam genggaman yang pada akhirnya melahirkan kobaran lebih besar ketika benda itu dijatuhkan.

Cahaya kemerahan memapar wajah cantik bertabur kacau. Kepala menoleh pada tepi loteng, di sana adalah tempat dua insan pernah berbincang hangat sembari menyesap kopi dan menikmati sajian mentari terbit di pagi hari.

Rosé pikir, kala itu tidaklah membuatnya memilih keputusan yang salah. Disangkanya, Jeffrey adalah pilihan terbaik yang akan membawa ia merengkuh bahagia di sisa usia, tetapi ternyata pria itu tak lebih dari seorang biadab yang telah membawakan sekian banyak sengsara ke pangkuannya, tak lebih dari durja yang telah mengirim Jaehyun lebih dulu ke pangkuan Tuhan.

SILHOUTTE: After A Minute [END]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ