54: Sweat Pea

3K 330 192
                                    

CHAPTER 54
Sweet Pea

[Playlist: Park Sun Ye – Dear Son]

***

"Siapa namamu, Cantik?"

"Jia."

"Jia?"

"Eum. Jung Jia."


[SILHOUTTE: After A Minute]

Siang yang dilahap kelabu, nyiung sirine mobil petugas kepolisian bersahut-sahutan dengan ambulan yang mendiami pelataran sebuah hunian nun jauh dari pemukiman. Ambulan untuk membawa seonggok raga pria tak berdaya, berdarah-darah yang berupaya diberi pertolongan segera oleh awak medis. Sedang mobil petugas kepolisian untuk membawa sejumlah kantung berisi jenazah juga sepasang tahanan.

Johnny meraung-raung kesakitan sebab tiga di antara lima jemari kanannya menghilang, tetapi polisi tak peduli dan tetap memborgol kedua tangan Johnny lalu menyeretnya paksa dirinya. Ia ditangkap berdasarkan sekian tuntutan yang diajukan Alice pagi tadi.

Berdiri diam di antara kesemrawutan yang ada dengan melipat kedua tangan, mata Alice memandang ke arah Johnny tanpa iba. Berbeda dengan mata seorang perempuan yang mematung di dekat ambulan, ia padam juga menyimpan iba mendalam kala menyaksikan dua insan terpaksa saling memberikan salam perpisahan.

Ini kali pertama bagi Rosé melihat Kim Mingyu menumpahkan air mata meski tak bersuara. Bukan tanpa alasan. Kenyataan bahwa kakaknya telah ditetapkan sebagai tahanan sungguh-sungguh mengguncang hebat jiwa seorang Mingyu.

Kim Bona ditangkap usai menembak salah seorang anak buah Johnny hingga terjatuh dari atas balkon ke dalam kolam renang beberapa waktu silam. Padahal, Rosé dengar-dengar, Bona tengah menjalani perawatan intensif karena menderita penyakit kanker paru-paru kronis. Itu terbukti nyata sebab perempuan yang diseret petugas kepolisian di ujung sana masih mengenakan seragam pasien rumah sakit.

Baik Rosé ataupun semua orang tiada yang tahu, perihal Bona yang belum genap satu minggu terbangun dari situasi koma, menahan lara dan berupaya menegakkan kedua tungkak untuk kemudian mendatangi tempat ini setelah melihat keributan yang disiarkan televisi di kamar rawatnya.

Menaiki taksi, Bona terlebih dahulu mendatangi apartemennya demi mengambil pistol yang telah disiapkan jauh-jauh hari, didedikasikan untuk membunuh Johnny, tapi ia harus puas hanya dengan membunuh seorang pria yang ia saksikan jelas melesatkan peluru hingga sukses bersarang di punggung Jeffrey. Tanpa pikir panjang, Bona menembaknya sebelum oknum itu kembali membidik perempuan yang tengah sibuk dengan tangisan di tepi kolam.

Bersipandang dalam beberapa sekon, seulas senyuman tipis dipersembahkan Bona teruntuk Rosé. Namun, Rosé hanya bergeming sampai ia menyadari terlambat baginya membalas lantaran Bona telah dibenamkan ke dalam mobil petugas.

Tersisa Rosé menampung sekian banyak rasa sepanjang duduk di dalam ambulan yang melaju. Rasa khawatir terhadap keselamatan Jeffrey jelas mendominasi, selebihnya adalah rasa bersalah dan keinginan merapal kata 'terima kasih' pada Bona untuk pengorbanan perempuan itu. Mendadak pula, Rosé merasakan gumpalan kebencian di dalam dada yang timbul akibat perbuatan Bona di masa lalu tiba-tiba meluruh, tak tersisa.

Seperti kebencian Rosé pada laki-laki yang jemari lemahnya senantiasa ia genggam malam ke malam. Persetan dengan perangai Jeffrey yang pernah tergabung dalam kelompok gangster dan menewaskan banyak manusia termasuk Jaehyun, Rosé sadar penuh bahwa ketimbang Jaehyun, ia jauh lebih mendambakan kehadiran pria itu di sisinya.

SILHOUTTE: After A Minute [END]Where stories live. Discover now