43: Chaos Begins to Blow

1.2K 244 128
                                    

CHAPTER 42
Chaos Begins to Blow

[Playlist: Fara Effect – Meet Again]

***

Tiga hari silam, Jeffrey mengeksekusi serangkaian rencana yang telah ia pikirkan semalaman.

Ia mengajak Bona makan malam di sebuah kedai seafood pinggiran. Tempat tersebut sesak oleh para pekerja proyek yang bau keringatnya bercampur-baur dengan udara sekitar. Jeffrey baik-baik saja dengan keadaan demikian, tetapi Bona tidak. Perempuan itu tertampil tidak nyaman berada di tengah-tengah lingkungan yang lembab dan menjijikkan, beberapa kali pula, Bona seakan menahan mual saat hendak menyantap hidangan yang dipesan.

Dengan alasan hendak menghubungi Mingyu, Jeffrey diperkenankan Bona untuk menggunakan ponsel perempuan itu setelah mengatakan jikalau baterai ponselnya sendiri habis. Jeffrey menarik sudut bibir, mengerlingkan sebelah mata pada Bona yang segera membalas dengan seulas senyum tipis.

Padahal saat itu Jeffrey hanya sedang memberikan isyarat pada salah seorang pria paru baya yang ia bayar untuk berpura-pura memuntahkan isi mulut di meja. Posisi duduk pria itu tepat di sebelah Bona. Maka, sesaat setelah ia membuat ricuh, seperti dugaan, Bona segera menyingkir dari kerumunan di dalamnya dan bergegas menuju toilet wanita.

Kesempatan tersebut digunakan Jeffrey untuk memasang fitur penyadap di ponsel Bona. Ia melacak histori pesan Bona dengan pria-prianya sehingga didapatkan informasi tentang kapan, di mana, dan pukul berapa mereka bertemu. Lima alamat hotel telah Jeffrey datangi dan mintai rekaman kamera pengawas. Beberapa foto yang menampilkan sudut terbaik kemudian dihimpun, dicetak, dan diletakkan di atas meja kerja milik Bona bersama surat pemecatan pagi ini.

Sebilah pintu kaca didorong kuat. Sepasang kaki berbalut heels tinggi bergegas mengurai langkah sedemikian tergesa memasuki ruang. Dua pupil bergetar menaruh tatap tajam pada punggung lebar seorang pria di dekat jendela, tegak berdiri membelakangi sembari menyimpan seluruh jemari di balik saku celana.

Bona melemparkan foto-foto dalam genggaman, bukan lagi berbentuk lembaran sebagaimana ia menerima di mula, melainkan potongan kecil yang kini berterbangan lalu mendarat di mana-mana mereka suka. Bona menyobeknya tepat sedetik setelah ia menyadari bahwa Jeffrey baru saja mencuranginya.

Agaknya, pemandangan kota beserta kasak-kusuk manusia di bawah sana tak akan lebih menyenangkan dipandang ketimbang tatanan wajah Bona. Cukup penasaran, Jeffrey memutar badan guna melihat sekacau apa perempuan itu sekarang.

"Kau pikir, kau bisa memukul mundur diriku hanya dengan benda sampah begini?"

Namun, ternyata Bona masih memiliki sekian banyak porsi kepercayaan diri, seakan gertakkan tiba-tiba Jeffrey bukan perkara krusial yang sanggup melahirkan guncangan hebat. Bona tak ingin bertanya dan tak ingin tahu pula sejauh mana Jeffrey berselancar hingga bisa mendapatkan informasi sebegitu detail. Ia hanya melesat cepat mencengkram erat dua sisi jas milik Jeffrey lalu berujar pelan, lalu bicara tepat di depan wajah pria itu.

"Aku Kim Bona. Jika kau berniat menyiarkan rumor buruk tentangku, itu tidak akan mempengaruhi apa pun. Aku bisa dengan mudah membungkam seluruh portal media di negeri ini."

Mata padam Bona menelisik retina Jeffrey yang bahkan tak gemetar barangkali sedikit pun. Sebelah sudut bibir Jeffrey terangkat naik. Ia menyadari satu peringatan untuk tak lagi saling mengusik nyatanya tak Bona hiraukan. Lantas, apa boleh buat. Jeffrey jelas tak akan membiarkan perempuan itu mengendalikan jiwa bebasnya berlama-lama.

Maka, sebuah ponsel dikeluarkan, rekaman suara diputar tepat di sebelah telinga Bona.

"Dulu, kupikir dengan menjadi anak keluarga konglomerat bisa membuatku bahagia. Dengan pemikiran sempit itu, aku meninggalkan Mingyu seorang diri di panti asuhan. Nyatanya, hidup di balik dinding rumah bak istana tak semenyenangkan yang kupikir. Kedua orang tuaku memberikan banyak aturan menyebalkan. Aku seperti boneka yang mereka setir, aku hidup hanya untuk menuruti semua kemauan mereka.

SILHOUTTE: After A Minute [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang