24: An Anemone

1.3K 322 78
                                    

CHAPTER 24
An Anemone

[Playlist: Park Jeong EonAnna's Appassionata]

***

Kaca jendela mobil berangsur tenggelam usai diturunkan. Hembusan angin malam menggelitik permukaan kulit wajah seorang pria rupawan yang duduk sembari membuang pandang keluar. Gemerlap cahaya berasal dari lampu-lampu jalanan, gedung-gedung tinggi dan pemukiman, juga lalu lalang kendaraan kadang kala membias pada bola mata pekat luar biasa sekaligus tajam.

Di tengah sesi menenangkan pikiran yang jenuh akibat pekerjaan seharian, kaca spion mobil yang memantulkan keadaan di belakang sana menyeret akal Jeffrey agar segera paham situasi bahwa ia tengah dibuntuti. Jika mereka ulang hal-hal silam, sedari Maserati yang Jeffrey tumpangi keluar dari kawasan perusahaan, sedan abu-abu selalu mengikuti laju kendaraan yang mengarak kepulangan Jeffrey saat ini.

"Asisten Kim." Jeffrey bersuara. Mingyu di titik kemudi menoleh, "Ya?"

"Percepat mobilnya!"

Mendengar instruksi Jeffrey tak lantas membuat Mingyu patuh. "Anda tidak melihat jalanan sedang ramai begini, Pimpinan?" ujar Mingyu sopan, tetapi sarat akan penolakan.

Namun, di kala mendapati tatapan dingin Jeffrey yang seakan mengatakan bahwa perintahnya adalah mutlak, Mingyu segera memacu kecepatan mobil yang ia kendarai. Dan, saat itu pula, Mingyu menyadari bahwa Jeffrey memberikan arahan bukan tanpa alasan. Sedan abu-abu berjarak tak cukup jauh. Melalui spion, Mingyu mencermati benda itu sama-sama semakin cepat melesat.

Maka, mata melebar Mingyu kian terhunus horisontal. Fokus menghindar dari menabrak kendaraan di depannya juga jangkauan oknum kurang kerjaan di belakang. Sedang Jeffrey hanya mengamati cara kerja Mingyu dalam diam.

Aspal halus membentang lurus. Di depan mata, ada persimpangan, Mingyu mengambil jalur kanan menuju terowongan bawah tanah sehingga sedan yang sedari tadi mengikuti kemudian terkecoh akibat mengambil jalur berlainan yang mana justru mengarungi jalan layang. Namun, siapa sangka musuh lebih cerdas ketimbang yang Mingyu pikir. Entah bagaimana, sedan itu keluar dari sisi kiri penghujung terowongan hingga menabrak badan Maserati bagian samping.

Mingyu membanting stir lalu menginjak rem dadakan. Setelah guncangan hebat yang mengakibatkan kepala membentur stir, cairan merah pekat turun dari pelipis Mingyu. Jeffrey pun sempat berhantaman dengan kaca, tetapi tak sampai membuahkan luka luar.

Bukannya menepi, Mingyu justru kembali memacu gas tatkala melihat sedan abu-abu kian tak punya itikad, kembali menggembor mesin seperti hendak menghancurkan Maserati beserta dua penghuninya.

"Hentikan mobilnya, Asisten Kim! Kau terluka."

Titah Jeffrey hanya berakhir terabaikan. Mingyu yang menulikan pendengaran masih sedemikian fokus membawa mobil sedemikian kencang. Sekali waktu pandangan pemuda Kim berpendar resah ke belakang. Jeffrey yang menyadari lebih dulu perkara sebuah truck besar di depan sana melaju berlawanan dan berkali-kali menyalakan lampu sorot kini tak bisa hanya diam. Dibukanya sabuk pengaman sebelum mencondongkan tubuh ke depan, menggenggam kedua tangan Mingyu yang memegang stir dan mengambil putaran ke sisi jalan.

Mereka berhasil menghindari maut. Mingyu dengan wajah kacau tak terkondisikan hanya bisa ternganga. Sedan di belakang sana masih mengikuti.

"Dalam hitungan ketiga, ayo bertukar posisi!"

"Apa?" Tak menghiraukan raut penuh bingung yang tertampil, Jeffrey tanpa permisi membuka sabuk pengaman Mingyu. "Satu ... Dua ..."

"... tiga."

SILHOUTTE: After A Minute [END]Where stories live. Discover now