05: Romantic in Traumatic

3.1K 535 60
                                    

CHAPTER 5
Romantic in Traumatic


[Playlist: d.ear ft. Jaehyun - Try Again]

***

Butiran-butiran salju yang bergerak turun dan jatuh menimpa setumpuk benda serupa dirinya di mana saja masih menjadi hal yang semesta sajikan selain kegelapan malam berteman kesunyian. Udara yang sedang dingin-dinginnya menyeret nyaris seluruh insani untuk bergegas menyimpan raga dalam gulungan selimut, berendam dengan air hangat, atau duduk di depan perapian sembari menyesap secangkir kopi.

Namun, di dalam ruangan bernuansa gading dengan kelambu penutup kusen jendela sewarna jingga, dua insani menyajikan kehangatan dengan cara yang berbeda. Masih setia saling berdekapan sejak beberapa menit lalu.

"Ya. Ini aku. Jung Jaehyun-suamimu."

Sehabis mulutnya bertutur demikian, Jeffrey merasakan kehangatan yang semakin membungkus raga kala dua lengan perempuan mengukungnya lebih erat. Merasakan pula hangat pada bahu yang basah oleh air mata Rosé yang tumpah merembes melalui celah-celah kecil sweater hijau yang Jeffrey kenakan.

Dan, tiada yang bisa Jeffrey lakukan selain mengusap punggung Rosé yang terguncang kelewat hebat. Bahkan, di kala perempuan itu meluncurkan beberapa pertanyaan dengan nada suara yang bergetar:

"Kau habis dari mana?"

"Mengapa kau pergi lama sekali?"

Jeffrey masih mengatup dua belah bibirnya rapat tanpa jawab. Lagi-lagi ia terbelenggu oleh jiwa yang sepenuhnya mengiba, turut merasakan betapa panjang penantian yang dilakukan oleh Rosé sampai detik ini, dan betapa perempuan itu teramat kesepian selama ini.

"Aku merindukanmu, Jaehyun. Sangat merindukanmu." Kembali lagi pedih dihadirkan pada setiap tuturan yang Jeffrey dengar dari Rosé. "Jangan pergi lagi! Tetaplah di sini bersamaku, dan jangan pergi ke manapun. Kumohon!"

Perempuan itu masih menangis, kali ini isakannya seolah mampu meruntuhkan dinding relung hati siapa saja yang mendengar. Menarik napas dalam-dalam, Jeffrey mencoba menenangkan segala rasa yang berkecambuk tak berkesudahan sebelum akhirnya memberikan sejumlah jawaban tegas.

"Aku di sini. Sampai kapan pun akan tetap di sini bersamamu. Dan tidak akan pergi ke manapun. Jadi, berhentilah menangis!"

Seperti sebuah mantra paling mujarab, isakan tangis musnah membuat ruangan menghening seketika. Rosé beranjak meniti jarak, hendak mengusap sisa air mata yang masih menggenang di pelupuk dengan satu tangannya. Namun, pergerakan perempuan itu ditahan oleh Jeffrey. Sebab Jeffrey jelas melihat darah masih menjejaki tangan Rosé, maka ia mengulurkan jemari miliknya untuk membantu perempuan itu menyeka air mata sembari bicara, "Jangan melukai dirimu sendiri, dan jangan berpikir untuk mati lagi!"

Menekan bibir mendatar, anggukan pelan Rosé berikan sebagai tanggapan atas petuah Jeffrey.

Kini sebuah sofa Panjang di dekat jendela menjadi tempat dua manusia duduk dalam ketenangan. Jeffrey dengan hati-hati membersihkan darah di telapak tangan Rosé menggunakan sapu tangan setengah basah, berikut ia balut luka perempuan itu dengan kain kasa.

Rosé tak mereaksi apa pun, meski perihnya luka masih bisa ia rasa. Perempuan itu memilih sibuk mengamati wajah Jeffrey, setiap pahatan yang begitu ia agungkan: dahi yang cukup lapang tertutup poni rambut segelap malam, alis tebal yang menukik tajam, sepasang netra kelam yang juga cemerlang di saat bersamaan, hidung proposional dan sepasang bibir tipis yang kini bergerak menyuarakan ucap.

SILHOUTTE: After A Minute [END]Where stories live. Discover now