47: This Charade is Sickening

1.3K 270 109
                                    

CHAPTER 47
This Charade is Sickening

[Playlist: Ha Guen Young, Ye Sol Kim – Dull Sadness]

***

"Aku memberitahu Rosé bahwa kamu bukan suaminya."

Sepasang netra pekat yang membulat ditemani alis bertaut erat mendiami wajah rupawan Jeffrey.

Sorot tajam sarat akan keterkejutan tertuang utuh pada Kim Bona, wanita yang baru saja bicara dengan tampang tak berdosa. Ia tersenyum manis, sementara jemarinya bergerak gemulai membenarkan posisi saputangan di saku jas milik Jeffrey. Pria itu masih mematung dalam bisu, barangkali tengah memikirkan nasib satu atau dua hari ke depan.

Terkesiap, Bona terpaksa menghentikan pergerakan oleh karena jemari Jeffrey tanpa aba-aba mencengkram kuat lengan kurusnya seraya berkata, "Mengapa kamu harus selalu mengusikku? Apa kamu lupa di tangan siapa hidup dan matimu berada?"

Jeffrey berupaya menakar kesabaran, mendinginkan bara yang sempat terpantik di jiwa, dan mencoba menampung keseluruhan emosi negatif yang sedang dirasa-rasa. Tuturannya memang pelan, tetapi ia harap Bona paham bahwa ada gertakan tersirat di sana. Namun sayang, alih-alih menciut, perempuan itu justru kian melebarkan senyuman, bahkan tak segan untuk terkekeh kecil.

"Jika kau berniat menyebarkan aibku, silakan saja. Aku tidak takut. Bongkar saja semua aibku, kalau kamu mau," ujarnya nampak begitu tenang, tidak seperti saat pertama kali Jeffrey memberikan ancaman di mana sosoknya bak anak kucing yang dipeluk ketakutan.

Padahal, aib yang dimaksud bukan tindak pidana ringan jika diajukan ke ranah pengadilan. Pembunuhan mungkin akan menjadi yang paling potensial dijadikan tajuk bagi kasusnya dengan tuntutan hukuman kurang lebih sepuluh hingga dua belas tahun penjara.

Bona menyingkirkan cengkraman Jeffrey dari lengannya. Senyum di bibir mendadak pudar. Pandangan dilemparkan secara asal, lalu ia tertunduk di sepersekon kemudian dan bergumam, "Lagipula, umurku tidak lama lagi."

Telinga Jeffrey masih sangat cakap dalam menangkap suara lemah Bona. Kerutan seketika muncul di dahi miliknya. "Apa maksudmu?"

Mengangkat kepala sekaligus kembali menyatukan tatap dengan Jeffrey, Bona berujar lebih tegas, "Kematianku sebentar lagi. Aku akan segera menyusul Jaehyun." Raut bangga berupaya diperlihatkan, tetapi siapa sangka di mata Jeffrey, perempuan itu justru terlihat begitu menyedihkan.

"Kau gila? Kalau mau bunuh diri, lakukanlah tanpa harus lebih dulu mengacaukan hidup orang lain!"

Sekali lagi, runtaian kalimat tegas Jeffrey disambut oleh tawa yang terdengar begitu sumbang. Mata beriris kecoklatan dengan sedikit kadar kesedihan di dalamnya menyorot Jeffrey untuk waktu yang lama.

"Benar. Sebut saja aku gila. Aku menjadi gila setiap kali melihatmu sebab kamu benar-benar serupa Jaehyun. Aku tidak bisa untuk tidak mengacau ketika melihat perempuan itu bahagia bersama denganmu, padahal seharusnya dia menjadi pihak yang paling menderita atas kematian Jaehyun. Aku yang sudah tidak tahan dengan kebodohannya membawa dia ke makam Jaehyun agar dia percaya bahwa yang ada di sampingnya selama satu tahun belakangan ini bukan suaminya, melainkan hanya seorang pria asing."

Jeffrey menatap Bona penuh ketajaman sebelum beranjak berdiri dan menghempaskan napas berat. Jika saja Jeffrey tak pernah belajar tentang bagaimana melapangkan dada untuk menjadi manusia sabar, maka leher Bona mungkin akan menjadi objek tempat kuku-kuku jemari Jeffrey menancap dan bukan kursi-kursi busa di depan pria itu. Namun sungguh, kebersamaan dengan Rosé telah mengajarkannya banyak hal termasuk menadahi kemarahan agar tak berakhir meluap-luap.

SILHOUTTE: After A Minute [END]Where stories live. Discover now