21: Captivated by Love

1.6K 316 130
                                    

CHAPTER 21
Captivated by Love

[Playlist: Punch – When Night Fall]

***

Maserati Quatroporte mendiami pelataran bangunan rumah megah bernuansa terang. Di sebelah kendaraan roda empat itu, berdiri sosok jangkung rapi dengan pakaian formalnya. Kim Mingyu melirik arloji, mengetuk ujung sepatu pantofel pada permukaan paving kemerahan seiring dengan pergerakan jarum jam.

Setelah beberapa saat penantian yang terbilang bukan sebentar, hembusan napas mengudara pelan tatkala mata Mingyu menemukan dua bilah pintu lebar di hadapannya terbuka. Sosok Jeffrey melangkah lebar keluar dari hunian, tetapi tak lantas menenggelamkan diri ke dalam mobil yang telah terbuka pintu bagian belakangnya berkat Mingyu.

Seorang perempuan bersurai sebahu yang berdiri di balkon rumah menjadi objek tatap Jeffrey tatkala mendongak. Mingyu turut mengikuti arah jatuhnya bola mata Jeffrey dan menemukan sosok Rosé tersenyum sedemikian indah di atas sana. Seolah ada percikan api samar yang merambati Mingyu ketika mengetahui pasti bahwa senyuman itu tercurah pada Jeffrey, dan bukan padanya. Terlebih, Jeffrey ditemukan membalas senyuman Rosé tanpa ada segan. Pemuda Kim bersama sebuah rasa tengah dalam perjalanan menuju karam.

Secepat Jeffrey menyadari seseorang memperhatikannya, secepat itu pula dua sudut bibir pria itu kembali ke garis paling biasa, lantas ia beranjak masuk ke dalam mobil dengan segera. Sementara Mingyu di luar sana sempat dipertemutatapkan dengan Rosé yang juga tersenyum tipis—tak lebih indah dari yang sosoknya torehkan beberapa detik silam. Maka, membungkuk badan singkat menjadi sebentuk sapaan wajar Mingyu terhadap Rosé sebelum duduk di kursi kemudi.

Melalui kaca jendela mobil yang terbuka, Jeffrey dapat melihat sosok Rosé melambaikan tangan, masih dengan sisa-sisa senyum di wajah. Pemandangan yang sungguh membuat relung hati Jeffrey menghangat, sedikit banyak menyingkirkan sajian udara pagi yang dingin.

Sepanjang terbawa laju kendaraan, Jeffrey melempar pandang ke tepi jalanan. Namun, ketahuilah, ia tak sedang menikmati apa yang nampak di mata, melainkan menikmati bayangan yang berputar di kepala.

Momen-momen yang baru terlalui, Jeffrey ingat lagi. Saat Rosé membantu menata rambutnya, juga memakaikan dasi dan jas di tubuhnya. Yang paling Jeffrey tak bisa lupa adalah raut menggemaskan perempuan itu kala meminta ciuman darinya. Senyuman manis dengan sepasang mata menjelma bulan sabit, yakin Jeffrey mulai kehilangan kewarasan lantaran tak mampu menahan senyuman kala wajah Rosé terus berseliweran.

Meski, Jeffrey telah menutupi sebagian mulut dengan tangan yang ia sandarkan sikunya pada badan mobil, Mingyu di sana masih mampu menangkap ulasan senyum tipis pria itu melalui sebuah kaca spion kecil di atasnya.

"Kau tidak menyukainya, bukan?"

Satu pertanyaan lugas Mingyu membuang senyap yang sedari tadi merayap. Jeffrey menggulirkan atensi cepat. Kesadaran secara penuh hadir dalam diri Jeffrey seketika. Di situasi sekarang, semestinya Rosé bukan perihal tunggal yang menguasai akal. Jelas-jelas, Jeffrey tengah diberangkatkan menuju medan pertempuran—bukan sebuah gang kumuh beraroma busuk atau bangunan terbengkalai tahun-tahunan dengan dinding berlumut, melainkan sebuah perusahaan raksasa di negeri yang sempat lama ia tinggalkan. Sudah semestinya, Jeffrey mematangkan mental sebelum berdiri di tengah orang-orang besar.

Selain itu, berada di dekat Mingyu adalah riskan bagi Jeffrey untuk bereskpresi berlebihan. Harusnya, Jeffrey sadar lebih awal.

"Kau tidak berhenti tersenyum sedari tadi. Dan, lagi, aku tidak pernah melihatmu tersenyum seperti itu pada orang lain, selain Rosé."

SILHOUTTE: After A Minute [END]Where stories live. Discover now