30: Scabiosa's Allegory

1.5K 337 53
                                    

CHAPTER 30
Scabiosa's Allegory

[Playlist: Shin Yong Jae – Feel You]

***

Rinai-rinai sehabis badai masih saja tersisa, menemani dua cucu Adam di pelataran kafetaria minim penerangan. Masih pula, mereka menfungsikan lengan untuk saling mendekap dan menghangatkan tubuh yang masing-masing adalah sama kuyupnya. Sebagaimana hujan, tangis perempuan yang bersembunyi di balik badan kokoh pria jangkung pemilik netra sepekat malam kini berangsur mereda pula.

Satu sama lain mengurai jarak tak berarti. Dalam jeda yang singkat, Jeffrey menunduk menatapi wajah cantik yang tengah ditaburi kelabu. Bekas-bekas air mata di pipi segera Jeffrey bantu sisihkan dengan jemari, rambut yang berantakan lekas ia bereskan perlahan. Sepanjang itu bibir tipisnya merapal,

"Lain kali jangan seperti ini lagi! Seharusnya kamu beristirahat di rumah, bukan hujan-hujanan dan berjalan tanpa alas kaki begini."

Sedikit mendongak demi memandang sang pemilik figur rupawan yang tengah dijajaki cemas sekian banyak, Rose berujar pelan, "Kamu juga. Lain kali jangan pergi lagi! Kamu boleh marah padaku kapanpun kamu mau, tetapi jangan pernah pergi meninggalkanku lagi!"

Labuhan jemari Jeffrey bergulir menuju permukaan kulit wajah halus nan dingin perempuan di sana untuk kemudian diusapnya sedemikian lembut. "Itu tidak akan terjadi lagi. Kamu tidak perlu khawatir. Tapi, jika kamu yang menyuruhku pergi, aku akan segera bergegas dan mungkin tak akan kembali lagi."

Sepersekon berselang usai kalimat berkonteks menenangkan diujarkan Jeffrey, dengan tetiba Rose menghambur kembali memeluk erat pria itu seraya memberikan gelengan kuat. "Tidak boleh. Meski aku menyuruhmu pergi, kamu tidak boleh ke mana-mana, Jaehyun. Sungguh, tadi itu aku tidak bermaksud dan tidak ingin mengusirmu. Aku hanya merasa ...."

"... kamu sedikit berbeda."

Serentetan kalimat diujarkan dengan suara yang parau nan bergetar. Rose melepaskan dekapan lantas menengadahkan tatap berlukiskan laguna sesal. "Maaf. Maafkan aku. Tapi bagaimanapun kamu adalah Jung Jaehyun. Tak sedetikpun aku baik-baik saja tanpa kamu."

Sepasang pelupuk yang nyaris kering lagi-lagi terbasahi oleh bulir-bulir cairan bening, menyertakan isak kecil di bibir yang digigit kuat-kuat oleh sang pemilik. Hembusan napas Jeffrey mengudara berat. Jujur saja, tangis perempuan itu adalah hal yang paling berpotensi menyebabkan tatanan benak Jeffrey berakhir porak. Badai bernama sesak menghantamnya hebat setiap kali mendengar Rose terisak.

"Jangan menangis lagi!" Maka, sebuah pinta tanpa ragu melesat dari mulutnya. Dalam hati, setengah bersumpah bahwasanya ia tak akan mengulang kesalahan yang sama dan tak akan membuat Rose mengeluarkan air mata barang setetes saja.

Tergesa, Rose menggunakan punggung tangan guna menyeka wajah yang sembab. Ia mengangguk lugu, menatap Jeffrey dengan bola mata yang masih setengah padam seraya berujar penuh keyakinan, "Aku tidak akan menangis lagi, Jaehyun."

Sekali lagi Jeffrey membuang udara di dada serampangan. Selain tangis perempuan itu, nyatanya ada hal lain yang menyebabkan relung Jeffrey seakan dihimpit bebatuan samar. Yaitu ketika nama Jaehyun terujarkan oleh Rose teruntuk dirinya. Meski demikian, menyuruh Rose agar berhenti memanggilnya dengan nama tersebut adalah hal yang mustahil dilakukan.

Jas setengah basah dibuka, menyisakan kemeja putih yang menjelma transparan dan memperlihatkan sedikit banyak proporsi mendekati sempurna tubuh Jeffrey. Benda di tangan, Jeffrey pakaikan pada tubuh Rose meski ia tahu hal itu tak akan membuahkan kehangatan seperti yang Rose butuhkan.

SILHOUTTE: After A Minute [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang