WHAT MAKES YOU BEAUTIFUL - One Direction

209 43 2
                                    

If only you saw what I can see
You'll understand why I want you so desperately
Right now I'm looking at you and I can't believe
You don't know o-oh ...
You don't know you're beautiful
That's what makes you beautiful

*****


Pendulum jam bergerak mondar mandir dalam kotak kayu, mengeluarkan suara yang bergema dalam ruang makan yang kosong. Bersamaan dengan itu, jarum pendek berliuk menunjukkan tepat pukul sepuluh malam.

Aku mendesah, menatap kesekian kali undangan pembukaan Galeri Batik Djatmiko. Seharusnya, langsung kutolak ajakan Baskara kemarin, tapi keterangan mengenai apa yang dijual di sana benar-benar memercik imajinasiku.

Tempatnya eksklusif, kata Baskara. Kerajinan tangan yang dijual dalam Galeri Batik Djatmiko pastilah sangat indah. Mengembuskan napas panjang, sepertinya aku harus melewatkan undangan pembukaan itu karena tidak memiliki pakaian yang layak.

Bukannya tidak berusaha. Kupikir, mudah menemukan sehelai gaun yang cantik di sekitar sini, tapi setelah berkeliling pasar dan sedikit toko yang berada di kaki Gunung Gambar, tidak satu pun sesuai dengan selera. Kinarsih yang menemani malah belanja lebih banyak.

Huft! Lelah berpikir, kuistirahatkan kepala di atas lipatan tangan. Semoga Baskara tidak marah saat kutolak ajakannya besok. Jika kasir Kopi Bujang itu akan men-charge Americano yang sudah dikirimkannya lebih mahal, itu tidak masalah buatku.

"Ono opo, toh, Lia? Dari kamar, Mbok iso denger embusan napas awakmu terus-terusan. Enggak baik. Wong-wong tuwo ngomong, iso pendek umur."

Kuubah posisi kepala agar dapat melihat sosok Mbok Ratih yang berjalan mendekat. "Enggak pa-pa, Mbok. Aku cuma kesal, enggak punya gaun buat pergi ke situ." Aku mencibir pada undangan yang tergeletak di depan.

"Undangan opo iki?" Si Mbok mengambil, membuka ikatan pita emas, dan membacanya. "Galeri Batik Djatmiko? Iki jauh, loh, pergi karo sopo?"

"Sama Mas-mas yang nganter kopi. Katanya, kalau aku temenin ke sana, kopinya gratis. Dia enggak akan kirim kopi lagi, Mbok. Masalahnya, aku enggak punya gaun."

Hening sebentar, sebelum si Mbok akhirnya muncul dengan ide luar biasa. "Awakmu wes cari di kamar Mbak Ayu? Pas ibumu ikut Mas Wijaya ke Jerman, dheweke nitip barang-barang neng kene. Sopo tahu ono sing apik di tumpukan koper itu."

Mataku pastilah memancarkan binar yang cemerlang saat ini. Kutegakkan tubuh ketika ingatanku kembali ke masa lalu. Sebagai seorang dokter spesialis kecantikan, Ibu tentu punya banyak gaun untuk dikenakan pada acara sosial yang dihadirinya. Dan, dia menyimpannya di sini.

"Ada di mana, Mbok? Bantuin aku cari yang bagus, ya!"

***

Pukul 08.15, sebentar lagi Baskara datang menjemput. Sebelum menunggu di teras, sekali lagi kutatap bayangan dalam cermin.

Baju katun warna taupe, kalung dari kuningan bergambar wayang, dipadu dengan rok span cutting lurus sepanjang tiga perempat dari kain batik, tampak serasi dengan kulitku. Untuk kesan tradisional, tidak lupa kusematkan konde palsu berukuran medium yang dibeli di pasar kemarin.

Sempurna! Untung ukuran tubuh Ibu sama denganku.

Puas berkaca, aku keluar kamar menuju teras. Dari dalam, kulihat Mbok Ratih dan Kinarsih sedang asik memetik kangkung sambil bercengkerama di undakan teras. Anak perempuan itu memang lengket dengan si Mbok, pantas saja Mbok Ratih menyayanginya seperti anak sendiri.

KOMPILASI LAGU SEMUSIMWhere stories live. Discover now