FAITHFULL - G-Eazy

159 38 2
                                    

I don't wanna be a part-time lover
I don't wanna make you wonder where I've been
I don't wanna get myself in trouble,out there fuckin' 'round with these hoes again
I don't wanna make you feel insecure, baby
Wanna be yours, baby
Something 'bout you got me feeling more mature lately
Make you the only girl in the world


I done broke so many hearts, it's disgraceful
And I know your mama told ya I'm no angel
But, if you walked out right now, it would be painful
Girl, you're so bad, you make me faithful


*****


Tiga hari berlalu sejak pertengkaranku dengan Baskara. Malam itu juga, saat makan malam, aku memberi tahu Mbok Ratih jika aku tidak akan bertemu Baskara lagi. Alih-alih senang, wajah si Mbok tampak sedih padahal permintaannya sudah kukabulkan. Namun, aku juga tidak mempertanyakan kenapa.

Sejak itu, hubunganku dengan Mbok Ratih berubah. Biasanya kami menghabiskan waktu di meja makan untuk mengobrol, sekarang aku menghindarinya. Aku hanya bertemu si Mbok saat makan, itu pun kami lakukan dalam keheningan yang janggal.

Aku tidak menyalahkan dia karena melarangku berteman dengan Baskara. Aku hanya membatasi diri agar hal seperti ini tidak terjadi lagi di kemudian hari, ketika aku memiliki teman yang lain. Si Mbok tidak perlu tahu apa saja yang kukerjakan, atau ke mana aku pergi setiap hari, atau dengan siapa.

Sejak itu juga, aku berhenti jogging karena khawatir akan berpapasan dengan Baskara. Tentunya, akan sangat canggung. Tatapannya terakhir kali menyiratkan rasa kasihan, aku tidak perlu itu, meskipun tahu hidupku menyedihkan.

Untuk mengalihkan pikiranku dari rasa mengkal, kuputuskan menjelajah kota Yogyakarta. Dengan menaiki angkutan kota ke kaki gunung, tiga hari ini kusempatkan diri menjelajahi Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan Candi Prambanan, dan baru pulang saat sore menjelang.

Hari ini, aku berencana pergi ke Galeri Batik Djatmiko untuk melihat-lihat. Rok sepan, kaos Dagadu, dan sepatu kets memang tidak sepadan, tapi rasanya tidak ada yang peduli. Berbekal Coach bag berisi notes book dan dompet, aku berangkat.

Cuaca mendung saat kujejakkan kaki di depan galeri. Semoga saja hari ini sama teriknya seperti kemarin karena aku tidak membawa payung. Rasa khawatir itu segera pupus begitu aku melangkah masuk. Udara dari pendingin ruangan, tembang dari suling bambu, serta aroma melati, membuatku seolah masuk ke dunia yang berbeda.

Suasana lengang dalam galeri membuatku sedikit relaks. Batik-batik yang digelar di dinding masih corak yang sama, jadi kualihkan perhatian pada display aksesoris di bagian tengah ruangan.

Isi dalam kotak-kotak kaca yang dulu diletakkan berjarak, kini lebih rapat dan lebih banyak jenisnya. Tambahan liontin dari benang-benang perak atau perak yang di cetak membentuk beberapa jenis bunga sepertinya sedang trendi. Bisnis Ibu Djatmiko pasti sedang laris manis.

"Mau yang mana? Om beliin."

Aku terkejut mendapati siapa yang sedang berdiri di sampingku. "Om—" sapaku canggung. Perawakan Ayah Baskara yang tinggi besar dalam kemeja polo membuatku. "A-apa kabar?"

Bibir yang dinaungi kumis tipis itu melengkung sabit lalu bertanya, "Baskara enggak ikut?"

"Enggak. Ehm—" Aku menelan ludah sebelum melanjutkan, "dia sibuk."

Lelaki paruh baya itu mengurut dagunya. "Ah, anak itu. Bisa-bisanya dia biarin kamu jalan-jalan sendiri?"

Sebelum sempat menerangkan apa pun, Ayah Baskara menoleh ke belakang. Seorang lelaki bersetelan resmi kemudian muncul di sampingnya dan bertanya, "Mbak Yu ini siapa, Rud?"

KOMPILASI LAGU SEMUSIMWhere stories live. Discover now