10 : Guttae

412 85 34
                                    

Guttae : tetes

•••

Hai, absen dulu yuk..

Kalian yang baca ini sekolah kelas berapa / kuliah semester berapa?

Atau ada yang samaan kayak si penggemar ikan cupang?

Atau ada yang samaan kayak si penggemar ikan cupang?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa ikan cupang gue disebut2?"

"Eh ada Yudha. Ikan cupang lo lagi pansos."

"Sayangi ikan cupang, seperti kalian menyayangi cerita ini. Jangan lupa beri makan ikan cupang, dan vote cerita ini."

"Ashiyaaap" 👍🏻
___________________________________________

Perasaan Rania yang masih campur aduk, ditambah tamparan kenyataan bahwa Yudha tidak peduli padanya, membuat mood Rania semakin buruk.

"Lo pulang aja, gue capek." Kalimat itu yang terlontar dari bibir Rania.

Yudha yang kurang peka, tidak mengindahkan permintaan Rania, "Gue mau masuk ke rumah lo. Gue udah jauh-jauh ke sini, Ran. Kasih gue teh anget lah paling nggak."

Rania mengembuskan napasnya dengan kasar, "Gue capek Yud. Bisa nggak lo pulang aja sekarang?"

"Lo kenapa? Lo marah sama gue?"

Bagus deh, kalau sadar.

"Nggak."

"Jadi gue disuruh pulang beneran ini?" Yudha merasa sedikit kecewa, di samping kencannya yang kacau dengan Wina. Sekarang ditambah sahabatnya kesal, tanpa tahu alasannya.

Rania mengangguk. "Please, Yud. Ngertiin gue, lagipula ada orang tua gue di rumah."

Itu juga salah satu alasan Rania, dia tidak mau orang tuanya bertanya macam-macam tentang Yudha. Meskipun Rania tidak yakin, apakah orang tuanya peduli ia bergaul dengan siapa. Hanya saja, gadis itu terlalu malas menjelaskan kepada orang tuanya.

"Berarti kalau nggak ada orang tua lo, gue boleh main? Emang kita mau ngapain? Sampai orang tua lo nggak boleh lihat? Inget dosa, Ran," goda Yudha sambil menyengir.

"Bukan itu maksud gue." Rania mendorong Yudha pelan menuju motornya.

"Iya, iya, gue pulang. Tapi jangan ngambek lagi dong. Rania yang gue kenal, nggak cocok ngambek-ngambekan kayak cewek gitu."

Rania tertawa. Memang bicara dengan Yudha tidak akan pernah bisa serius. "Ya emang gue cewek, anjir!"

"Nah gitu dong, ketawa, senyum, kayak Rania biasanya." Yudha ikut tersenyum, kemudian mengacak rambut Rania.

Rania segera menepis tangan Yudha dari kepalanya. "Rambut gue berantakan."

Rania menyisir rambutnya dengan jari. Gadis itu berusaha menahan diri. Mencegah perlakuan berlebih dari Yudha kepada dirinya. Karena bukan hanya rambut, tapi hati Rania juga ikut berantakan.

PRO RE NATA ( END ✔️ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang