31 : Cremor

372 73 9
                                    

Cremor : Krim

•••

Hai, apa kabarnya?
Makasih yang udah ikutin sampai sini.
Aku sayang kalian banyak-banyak.

Penasaran nggak Yesi itu siapa?

Penasaran nggak Yesi itu siapa?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Hai, para readers. Aku Yesi. Adik Kak Rania. Jangan benci kehadiran aku ya, yang salah orang tuaku."

"Kamu sudah cukup hebat untuk tumbuh seperti sekarang, Yesi ❤️"

"Hibur aku dengan beri vote dan komentar yaa. Aku sayang kalian seperti aku sayang ibuku."

Selamat membaca.

___________________________________________

Kedua telapak tangan Rania bertemu dengan secangkir cappuccino hangat. Sore ini hujan turun dengan sangat lebat, sehingga kopi hangat menjadi pilihan Rania. Serbuk coklat di atas busa krim susu putih masih terlihat jelas di atas cangkir, tanda gadis itu belum meminumnya sama sekali.

Gadis berambut sebahu itu memilih duduk di pinggir jendela kaca. Kedua bola mata berwarna coklat milik Rania terus tertuju pada jalanan di depan cafe. Ia menunggu seseorang datang menemuinya.

Cafe bernuansa coklat itu terbilang sepi, mungkin karena hujan juga orang lebih memilih untuk langsung pulang setelah kuliah atau bekerja. Atau mungkin masih terjebak hujan di tempat masing-masing. Rania nekat menerjang hujan untuk datang ke cafe dekat kampusnya itu.

Gadis itu mengembuskan napas perlahan saat ia melihat sesosok gadis berseragam putih biru dengan payung merah berhenti di depan cafe. Sepertinya orang yang ia tunggu sudah datang. Gadis berseragam sekolah itu melipat payungnya dan membuka pintu cafe. Payung yang basah ia sandarkan di dinding dekat pintu cafe agar tetesan airnya tidak membasahi lantai lain.

Gadis berseragam putih biru, baru dikenal Rania lewat chat kemarin sore. Ia bernama Yesi, usia tiga belas tahun yang mengaku sebagai adik tiri Rania. Berpawakan tinggi untuk gadis seusianya, memiliki mata kecil berbola mata coklat. Meskipun memiliki mata kecil, namun sorotnya tajam mirip milik Rania. Ia mengedarkan matanya ke penjuru cafe. Hingga kedua netra itu menatap netra Rania.

Jantung Rania sempat berhenti dua detik akibat tatapan itu. Melihat kedua mata mereka yang mirip seperti milik ayahnya, membuat Rania semakin yakin. Yesi adalah adik tirinya.

Yesi tersenyum canggung sambil berjalan ke arah Rania. "Kak Rania, ya?"

Rania membalas senyum canggung itu. Kemudian meminta Yesi untuk duduk di depannya. Keduanya sama-sama terdiam, tidak tahu harus mulai menjelaskan benang merah yang kusut ini dari mana.

"Kak." Yesi memulai, ia ingin menghentikan kecanggungan itu.

"Bentar, mau pesen apa?" tanya Rania pada akhirnya. Rania merasa kasihan melihat Yesi yang seperti kedinginan.

PRO RE NATA ( END ✔️ )Where stories live. Discover now