39 : Detinent

383 65 12
                                    

Detinent : menahan

•••

Hai, apa kabarnyaa??
Gimana nih setelah baca part kemarin?
Makin kesel sama Wina nggak? Hahaa

Oh iya, selamat hari Senin yaaa.. Semoga minggu kalian menyenangkan..

___________________________________________

Yudha melihat barisan huruf di depannya. Kuis kali ini tidak mudah. Semalam ia sudah berusaha keras untuk terjaga, namun tetap saja rasa kantuk mengalahkan segalanya. Ia sungguh memerlukan teman belajar dan teman bicara agar bisa terus terjaga. Namun, sosok itu hanya bisa ia dapatkan dari Rania yang kini menjauhinya.

Laki-laki itu mengetukkan pulpennya di atas meja. Seandainya kuisnya pilihan ganda, akan lebih mudah baginya untuk mengarang jawaban. Namun kuis ini esai, dengan pertanyaan sebagian besar sebutkan dan jelaskan. Yudha menggelengkan kepala tidak tahu harus menyebutkan apa di setiap pertanyaan. Dari sepuluh soal di depannya, ia hanya mengerti setengahnya.

Kedua netra laki-laki itu menatap Rania yang duduk beberapa baris di depannya. Si rambut biru itu tampak mengerti semua jawaban. Semua memang tampak begitu mudah bagi Rania.

"Waktu sisa lima menit lagi." Pak Faisal yang duduk di depan memberi peringatan.

Lima menit itu, Yudha sudah menyerah. Yudha membiarkan sisa pertanyaan menjadi kosong, ia tidak memiliki semangat untuk mengerjakan soal. Selain memang tidak tahu jawabannya apa, ada faktor lain yang membuat laki-laki itu juga menyerah dengan nilainya. Reputasinya sudah buruk di kampus dan selalu menjadi bahan gosip, membuatnya juga malas untuk kuliah.

Yudha yang sering kali terlambat rapat BEM karena mengutamakan Wina. Yudha yang selalu menempel pada Wina. Semua kalimat buruk tentangnya selalu terngiang di pikirannya.

Semua tentang Wina membuat Yudha terlihat buruk di mata mahasiswa lain. Teman-teman yang dulu dekat dengannya juga perlahan menghilang. Kak Wildan yang dulu antusias mengajak Yudha bergabung BEM juga perlahan memudarkan kepercayaannya pada laki-laki itu.

"Waktu habis."

Perkataan Pak Faisal membuat Yudha tersadar dari lamunannya, lalu ia beranjak dari kursi dan menyerahkan lembar jawabannya.

Pak Faisal yang melihat sebagian besar kertas Yudha kosong, segera melebarkan mata. "Yudha, dosen pembimbing akademik kamu siapa?"

"Dosen PA saya Prof. Tari, Pak."

Pak Faisal mengangguk dan menyuruh Yudha kembali ke bangkunya.

•••

Yudha sudah menduganya ketika Pak Faisal menanyakan siapa dosen PA-nya. Pesan masuk dari Prof. Tari untuk menyuruh menemuinya saat istirahat, membuatnya menahan rasa lapar saat ini.

Yudha mengetuk ruangan Prof. Tari sebanyak tiga kali. Yudha mendengar suara yang memperilakan masuk dari dalam, laki-laki rambut coklat itu masuk dengan sopan. Setelah dipersilakan duduk, ia langsung duduk di seberang kursi Prof. Tari. Tidak hanya Prof. Tari, Pak Faisal juga menunggunya di sana.

"Selamat siang, Yudha. Maaf ganggu istirahat kamu sebentar," ucap Prof. Tari dengan ramah.

"Iya, Prof. Nggak papa."

"Saya dengar dari Pak Faisal, kalau kamu kesulitan mengerjakan kuis dari beliau."

Yudha melirik Pak Faisal yang melipat kedua tangannya di depan dada. Ia tahu Pak Faisal akan mempermasalahkan ini.

Kepala Yudha menunduk menahan malu. "Iya, Prof."

"Kenapa? Itu kan materi yang saya berikan minggu lalu?" ucap Pak Faisal.

PRO RE NATA ( END ✔️ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang