14 : Per Oral

368 72 14
                                    

Per Oral : Melalui Mulut

Hai, apa kabar?
Yuk ramaikan dengan cinta ❤️

Jangan lupa follow juga ig ku starobediente. Mari berteman ❤️

___________________________________________

Siang ini sangat terik, matahari memaksa masuk melalui celah-celah ventilasi. Bahkan dua air conditioner dalam ruang kelas, seperti kurang mampu melawan terik matahari. Rania masih mengikat rambutnya menggunakan karet bekas nasi uduk dari Yudha, menunjukkan leher jenjangnya. Sesekali gadis itu mengipasi wajah dengan buku di tangan.

"Gerah banget nggak sih? Ini AC nya hidup nggak sih?" keluh Putri setengah berbisik. Ia duduk di sebelah kanan Rania. Sebelah tangannya sudah mengipasi belakang leher dengan buku.

Vanya dan Rista baru saja selesai maju untuk presentasi, dan kembali ke kursinya yang masih satu baris dengan Rania.

"Gila! Gerah banget! Ketek gue basah!" ucap Vanya.

Rista mengangguk setuju. "Mana di depan kena sorot proyektor makin lah gerah menjadi-jadi."

"Itu sebelah kiri lo, kenapa bisa tidur begitu dah?" tanya Vanya pada Rania.

Rania menoleh ke sebelah kirinya. Yudha duduk tegak, dengan tangan terlipat di depan dada. Wajahnya menunduk, namun matanya terpejam. Rania kira dari tadi Yudha menyimak presentasi. Ternyata dia tidur.

"Si kampret bisa-bisanya tidur gerah begini," kata Putri dengan terkekeh.

Rania menyenggol lengan Yudha dengan pelan. Namun, cowok itu bergeming. Sekali lagi, Rania menyenggol lengan Yudha, kali ini dengan tenaga lebih.

Yudha tersentak kaget, dan berkata dengan lantang. "Iya, Pak. Saya!"

Rania memutar bola matanya, tidak percaya dengan respon yang Yudha berikan. Sementara itu, mahasiswa lainnya otomatis matanya tertuju pada Yudha, termasuk Pak Ahmad, yang sedang mengajar.

"Iya, coba jawab pertanyaan saya," ujar Pak Ahmad. Memang tepat sebelum Yudha terbangun tadi, Pak Ahmad bertanya. Kebetulan Yudha tidak sengaja mengajukan diri untuk menjawab pertanyaan Pak Ahmad.

"Maaf pertanyaannya tadi apa, Pak? Saya kurang dengar."

Pak Ahmad tidak keberatan mengulang pertanyaan lagi. "Sebutkan apa saja, 9 stars pharmacist?"

Yudha melirik ke arah Rania, berharap gadis itu untuk membantunya. Rania melihat Yudha menelan salivanya berkali-kali, karena tidak tahu apa jawabannya.

Gadis yang sulit berkata tidak itu, segera meletakkan buku catatannya yang berisi jawaban di atas meja Yudha. Yudha tersenyum sekilas, lalu menjawab sesuai dengan catatan Rania. Pak Ahmad mengangguk karena Yudha berhasil menjawab pertanyaannya.

"Thanks Ran, lo nolong gue," bisik Yudha.

"Iya, sama-sama."

Tepat pukul 3 sore, akhirnya Pak Ahmad mengakhiri kelasnya. Sebelum keluar ruangan, beliau memberi tugas pada mereka. Tentu saja itu membuat deretan tugas mereka semakin panjang, rasanya tiada hari tanpa mengerjakan tugas.

"Eh, Yud. Kok lo bisa sih tidur pas kelas Pak Ahmad tadi?" tanya Vanya.

Rista mengangguk, "Iya, padahal tadi lagi gerah-gerahnya."

"Ngantuk banget gue. Kekenyangan," jawab Yudha santai.

Putri menggelengkan kepalanya sambil membetulkan ikatan rambutnya. "Gue punya temen gini amat ya, laper galak, kenyang bego."

"Ah gini pun, gue tetep keren. Iya nggak Ran?" Cowok itu berusaha mencari pembelaan dari Rania.

"Terserah lo deh," jawab Rania asal.

PRO RE NATA ( END ✔️ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang