47 : Mutatio

408 60 10
                                    

Mutatio : perubahan

•••

Hai, apa kabar? Selamat hari Sabtu. Happy weekend everybodeeehhh ~~

Semoga weekend kalian menyenangkan yaaa ❤️

___________________________________________

Rania mengetukkan pulpennya di atas meja. Kakinya juga bergoyang-goyang karena kegelisahannya.

"Lo kenapa, Ran?" tanya Yudha yang setengah berbisik, takut terdengar oleh dosennya. Laki-laki itu menyadari kegelisahan Rania sejak tadi.

Rania menoleh karena pertanyaan itu. Lalu menggelengkan kepalanya. "Nggak papa."

Gadis berambut biru itu melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Sidang perceraian orang tuanya akan dimulai beberapa menit lagi, tepat pukul setengah sepuluh.

Rania memang menyetujui perceraian kedua orang tuanya. Ia berusaha mengikhlaskan itu. Namun tetap saja, perasaannya tidak bisa digambarkan saat ini. Cemas dan gelisah karena orang tuanya berpisah, namun ada perasaan lega juga karena berhasil berdamai dengan ibunya.

Sejak Rania mengizinkan ibu dan ayahnya bercerai, Deni dan Yesi pindah ke apartemen di daerah Thamrin. Tadinya apartemen tiga kamar itu memang milik keluarga, untuk investasi. Rania tidak menyangka sekarang apartemen itu menjadi tempat tinggal ayah dan adik tirinya. Sementara Rania dan ibunya tetap tinggal di rumahnya sekarang. Sudah seminggu Rania hanya tinggal berdua bersama Tika.

Tak lama kemudian, dosen pengampu mata kuliah mengakhiri pertemuan hari itu.

"Guys, gue duluan ya. Gue titip absen sampe akhir," ucap Rania sambil memasukkan binder dan pulpennya ke dalam tas.

"Lo mau ke mana?" tanya Yudha masih belum memahami permasalahan Rania.

Sementara Putri, Vanya, dan Rista sudah mengerti dan menjawab Rania dengan anggukan.

"Put, lo yang jelasin. Gue buru-buru," ucap si rambut biru lagi. Gadis itu memang belum bercerita pada Yudha. Bukannya tidak mau, tapi tidak tahu harus mulai dari mana.

"Iya, buruan sana. Udah telat kan?"

Rania mengangguk. "Thanks, Put."

Gadis berambut biru itu pergi meninggalkan kelas dengan perasaan tidak menentunya.

"Put, Rania ke mana?" tanya Yudha dengan cemas.

"Ke sidang perceraian orang tuanya."

Wajah Yudha berubah terkejut. Matanya membulat dan bahunya menegang.

"Lo nggak tahu?" Kali ini Vanya yang bertanya, setelah melihat Yudha yang benar-benar tidak tahu apa-apa.

Yudha menggelengkan kepalanya kemudian beranjak dari kursinya. "Gue juga titip absen sampe akhir. Thanks."

"Eh, lo mau ke mana?" tanya Rista.

"Temenin Rania."

"Eh, tapi–"

Putri menahan tangan Rista agar berhenti bicara. "Biarin aja. Rania butuh temen sekarang."

Yudha mengangguk dan berlari menuju tempat parkir mobil, mengejar jejak gadis berambut biru itu. Beruntung jarak mereka tidak terlalu jauh, laki-laki itu melihat Rania yang sedang mengeluarkan kunci mobil dari dalam tas. Dengan cepat, Yudha mengambil kunci itu dari tangan Rania.

"Gue yang nyetir."

"Hah? Lo ngapain di sini? Kan harusnya lo kuliah."

Yudha menggenggam tangan Rania dan membuka pintu penumpang di samping pengemudi.

PRO RE NATA ( END ✔️ )Where stories live. Discover now