25 : Pedites

368 69 26
                                    

Pedites : kaki

•••

Hai, up lagi nih.
Udah part 25, nggak nyangka banget bisa segini.

Makasih udah mendukung sampai di sini. Cerita ini aku ikutkan kompetisi dari High Future Books. Target tamat di part 50, tolong doanya ya supaya bisa sampai sana 🙏

Jangan lupa vote dan komentarnya. Terima kasih.

___________________________________________

Berita Yudha dan Wina yang sudah menjadi sepasang kekasih, mendadak ramai dibicarakan malam itu. Tentu saja, Wina yang suka menjadi pusat perhatian, memberi tahu kabar itu melalui sosial medianya.

Rania tak luput dari berita itu. Ia melempar ponselnya ke atas kasur dengan kesal. Bagaimana bisa, setelah Yudha tahu sifat asli Wina, justru laki-laki itu berpacaran dengannya?

Gadis berambut sebahu itu meninggalkan kamarnya. Ia pergi ke dapur, mengambil seember kecil es krim dari freezer. Ia berharap es krim yang ia telan bisa meredam hatinya yang panas.

"Rania!"

Rania memutar bola matanya. Ia tidak suka saat Tika memanggil namanya, pasti hanya untuk memarahi atau hanya ada permintaan aneh.

Dengan terpaksa ia menoleh ke arah ibunya yang baru keluar kamar. "Ya, Ma?"

"Makan es krim jam segini?" tanya Tika, ia melihat jam dinding sudah menunjukkan pukul sepuluh.

"Iya, Ma."

"Nanti kamu sakit loh. Jangan makan dingin malam-malam." Tika membereskan es krim Rania dan memasukkannya kembali ke lemari pembeku.

Perkataan ibunya itu membuat kening Rania sedikit berkerut. Tumben sekali perhatian.

"Mama mau bicara sama kamu. Ikut Mama."

Tika berjalan masuk menuju kamarnya. Rania mengekori di belakang ibunya. Rania bahkan tidak ingat, kapan terakhir kali masuk kamar ibunya itu. Sebelum ayah dan ibunya pisah ranjang, kamar itu adalah kamar tamu. Sementara ayah dan ibunya dulu menempati kamar yang sekarang dipakai ayahnya.

"Masuk."

Meskipun sedikit canggung, Rania masuk ke kamar itu. Sebenarnya, hubungan Rania dengan Tika masih jauh lebih baik dibandingkan Rania dengan Deni.

Kamar seluas lima kali enam meter itu bisa dibilang tidak rapi namun juga tidak berantakan. Kasurnya rapi, dan rak-rak yang berisi koleksi tas dan sepatu milik Tika juga tertata dengan baik. Yang membuat terlihat berantakan adalah, banyaknya tumpukan map ordner yang berisi pekerjaan Tika. Map itu tidak memiliki tempat, dibiarkan menumpuk di lantai dekat meja kerjanya.

Setelah masuk kamar, Tika duduk di kursi meja kerjanya. "Bagaimana hubungan kamu dengan Pak Andre?"

"Baik," jawab Rania singkat.

"Mama mau kamu bisa menikah dengan dia."

Rania mengembuskan napas kasar, "Rania masih ingin kuliah."

"Mama nggak larang kamu kuliah. Tapi nanti setelah kamu lulus, kamu harus menikah dengan Pak Andre. Itu semua demi masa depan kamu. Supaya kamu bahagia," ucap Tika.

"Masa depan bagaimana maksud Mama? Menikah dengan orang yang tidak Rania cintai, itu bisa bikin aku bahagia? "

"Pak Andre orang yang mapan. Kamu bisa hidup dengan tenang dan bahagia sama dia nanti."

"Pernikahan bahagia seperti apa yang Mama harapkan? Pernikahan seperti Papa dan Mama? Yang tidak tidur satu kamar, yang tidak peduli dengan anaknya sendiri? Itu yang menurut Mama bahagia?"

PRO RE NATA ( END ✔️ )Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora