41 : Longe

404 75 8
                                    

Longe : jauh

•••

Selamat hari Sabtu. Di Bekasi hujan, di kota kalian hujan nggak?

Kalau hujan enaknya makan apa ya?

___________________________________________

Yudha memarkir motornya di depan rumah mewah milik keluarga Rania. Bersamaan dengan itu, Putri juga datang dan memarkir motor di belakang motor Yudha.

"Mau ngapain lo?" tanya Putri sambil turun dari motor.

"Ketemu Rania."

"Nggak! Nggak boleh! Nggak cukup lo bikin sakit hati dia? Please, jangan nongolin muka lo lagi depan dia. Kecuali urusan kuliah, jangan ketemu Rania."

"Gue udah putus dari Wina," sahut Yudha.

"Gue tahu. Dan itu alasan gue ada di sini sekarang. Cewek eh mantan cewek lo yang sinting itu bikin sakit hati temen gue. Gue udah pernah bilang kan? Urusin Wina, biar Rania gue yang urus. Ternyata ngurus Wina aja nggak becus. Pergi lo," usir Putri. "Rania udah banyak masalah tanpa harus lo tambahin. Ngerti?"

Yudha terdiam. Semua perkataan Putri benar, ia tidak bisa membantahnya.

"Gue boleh tahu Rania ada masalah apa?" tanya Yudha.

"Bukan urusan lo. Dan gue juga nggak punya hak buat bicarain masalah pribadi orang lain."

"Please, Put. Kasih gue kesempatan ketemu Rania. Sekali ini aja. Seenggaknya gue harus minta maaf sama dia dengan tulus," ucapnya.

"Nggak! Nggak boleh! Kehadiran lo cuma nambah luka buat Rania. Gue udah bilang ya, antara lo dan Rania, gue selalu di pihak Rania. Jadi mending lo pergi aja!" jangan ganggu Rania lagi.

"Nggak papa, Put. Biarin Yudha bicara bentar."

Tanpa Putri dan Yudha sadari, si rambut biru sudah datang bersama mereka. Rania mengizinkan Yudha bicara padanya sebentar, lagi pula Rania juga ingin bicara sesuatu pada Yudha.

"Masuk aja, Put. Langsung ke kamar."

Putri mengangguk dan menatap Yudha dengan tajam dan menunjukkan tinjunya. "Awas lo!"

Begitu Putri sudah masuk ke dalam, Yudha menatap sendu kedua mata Rania.

"Ran, maafin gue. Gue udah putus sama Wina. Tapi dia malah bawa-bawa lo."

"Iya, gue maafin. Gue boleh minta tolong sama lo?" tanya Rania.

Yudha tersenyum dan mengangguk antusias. Akhirnya permintaan maafnya diterima dan Rania menginginkan pertolongannya.

"Apa pun, Ran. Apa pun yang lo mau, bakal gue lakuin."

Rania mengangguk. "Jangan hubungi gue lagi. Gue nggak mau kita bicara kecuali urusan kuliah. Gue nggak mau dicap sebagai pelakor. Kita kembali ke titik nol, di mana kita nggak saling kenal. Gue juga bakal mundur jadi wakil ketua kelas, silakan pilih anak lain."

Bahu Yudha spontan menurun. Rasa antusiasnya berubah drastis. Perasaannya hancur. Permintaan Rania untuk menjauhi dirinya sungguh berat bagi Yudha.

"Kalau gue nggak mau gimana?" tanya Yudha.

"Terserah lo. Kalau lo nggak pergi, gue yang bakal pergi."

Yudha tak ingin mengalah. Ia segera mengambil tangan Rania. Digenggamnya tangan lembut gadis itu. Hatinya sudah terlanjur hancur karena penolakan Rania.

"Gue boleh peluk lo? Sekali aja?"

Rania bimbang. Dia sudah berniat untuk menjauhi Yudha. Apakah pelukan itu nanti akan menggoyahkan niatnya? Rania tidak tahu dan tidak mau tahu.

PRO RE NATA ( END ✔️ )Where stories live. Discover now