44 : Unus

395 69 9
                                    

Unus : satu

•••

Halo, selamat malam minggu! Hujan nggak di kota kalian? Kalau di kota aku hujan nih.

Selamat membaca yaa. Silakan tinggalkan jejak, aku terima dengan bahagia ❤️

___________________________________________

Kedatangan Yudha yang mendadak itu tentu saja membuat Wina terkejut. Dengan langkah tegas, laki-laki itu mendatangi Wina yang mulai berakting tidak bersalah.

"Gue udah dateng dari tadi. Gue denger semuanya. Jadi lo nggak perlu pura-pura depan gue," kata Yudha dengan tegas.

Kedua tangan Wina mencoba menggapai tangan Yudha. Namun laki-laki itu segera menepisnya. Nasi goreng yang ditentengnya diletakkan begitu saja di pangkuan Wina.

"Itu nasi goreng lo. Urus diri lo sendiri. Lo nggak sakit kan? Gue mau pulang."

"Yud, udah malem. Besok pagi aja pulangnya." Wina masih mencoba meraih tangan Yudha sekali lagi, namun tetap Yudha menepisnya.

"Gue nggak bisa. Enek lihat muka lo dan segala kelakuan lo."

Ada genangan air di pelupuk mata Wina. Yudha menaikkan satu alisnya lalu mengernyit. "Nggak usah akting. Lo berharap gue kasihan sama lo? Berharap gue maafin lo? Nggak akan! Jadi stop untuk pura-pura."

Wina tertawa dan mengusap air mata palsunya. Seandainya Yudha tidak mendengar percakapan itu, mungkin ia akan tertipu. Hal itu membuat Yudha semakin muak dan ingin segera pergi dari sana.

"Kalau lo pergi sekarang. Gue bakal lapor kakak gue. Lo inget kan ancaman kakak gue?"

Kali ini giliran Yudha yang tertawa. "Gue nggak takut."

Laki-laki itu maju selangkah untuk menipiskan jarak pada Wina. Ditatapnya mata Wina dengan tegas.

"Gue punya bukti percakapan sama kakak lo tadi. Bukti kuat kalau lo cuma pura-pura asma." Yudha menggoyangkan ponselnya tepat di depan wajah gadis berambut ombre itu. Kemudian menunjukkan video yang berhasil ia rekam tadi.

Otomatis mata Wina membesar. Gadis itu berusaha meraih ponsel berwarna hitam dari tangan pemiliknya. Namun dengan sigap, Yudha memasukkan ke saku jaketnya.

"Kalau lo nggak mau nama baik lo rusak. Jangan ganggu gue lagi. Dan jangan pernah ganggu Rania lagi," ujar laki-laki berambut coklat itu dengan penuh penekanan.

"Yud, dengerin gue dulu," kata Wina berusaha memeluk lengan Yudha. Namun Yudha lebih dulu menjauhkan tangannya dari gadis itu.

"Gue pergi. Sekarang kita resmi putus. Semoga kita nggak akan pernah berurusan lagi," ujar Yudha sangat dingin. Kemudian ia berbalik badan dan menuju pintu.

"Gue cinta sama lo. Lo harus sama gue!" seru Wina tepat saat Yudha menyentuh handle pintu.

"Lo nggak cinta sama gue. Lo cuma terobsesi. Cara lo salah. Lo cewek, setidaknya lo harus punya harga diri. Jangan rendahin diri lo dengan kelakuan manipulatif lo itu," pesan Yudha tanpa menoleh sedikit pun.

Setelah itu, laki-laki itu sungguh pergi dari sana. Yudha melihat jam analog di pergelangan tangan kirinya, pukul delapan lebih sepuluh menit. Setidaknya belum terlalu malam untuk memesan ojek online dan kembali ke kampus. Ia harus ke sana untuk mengambil motor.

•••

Yudha baru saja sampai di kos. Hembusan napas panjang terdengar darinya. Setelah melepas jaketnya, ia segera mendatangi kedua ikan di dalam akuarium.

PRO RE NATA ( END ✔️ )Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz