21 : Dimidio

386 71 21
                                    

Dimidio : setengah

•••

Hai, update lagi nih.

Jangan lupa vote dan komen yaa.. makasih sudah mampir.. 🙏

___________________________________________

Rania bergegas turun ke lantai satu untuk menemui Yudha. Yudha masih duduk di atas motor ketika Rania menghampirinya.

"Ngapain lo di sini? Bukannya di pesta Wina?"

"Mata gue sakit lihat remang-remang. Belum lagi gue bisa tuli lama-lama, denger musik kenceng banget kayak konser."

"Wina oke kalau lo pergi?"

Yudha menjawab dengan anggukan, "Dia senang-senang sama temannya. Gue bilang mau ngerjain tugas."

"Ya terus bukannya kerjain tugas, malah ke sini?"

Yudha mengambil kantung plastik di gantungan motor matic-nya. "Gue bawa ini, martabak manis buat lo."

"Ya udah masuk dulu."

Yudha mematikan motor dan mengusap tangannya yang sedikit berkeringat ke celana jeansnya. Kemudian ia mengekori Rania masuk ke dalam rumah.

"Orang tua lo ada di rumah?" tanya Yudha.

"Bokap gue tugas di luar kota. Ada nyokap di rumah."

Yudha hanya menganggukkan kepalanya. Ia duduk di ruang tamu setelah dipersilakan oleh yang punya rumah. Rania izin pergi ke belakang untuk mengambil minuman.

"Gue mager bikin teh. Jadi ini aja ya," ucap Rania sambil menyodorkan teh botol yang basah bagian luarnya, tampak seperti baru keluar dari kulkas.

"Oke, Ran. Makasih."

Yudha celingukan, melihat rumah sebesar itu namun terlihat sangat sepi. Berbeda dengan rumahnya yang terasa hangat, belum lagi abangnya yang selalu jahil pada Yudha.

"Kenapa lo? Nyari apaan?"

"Kehidupan. Sepi banget rumah lo."

Rania hanya mengangkat bahu, "Gue buka ya martabaknya. Buat gue kan?"

"Eh, gue bawa sekotak buat dibagi dua. Lo setengah, gue setengah," jawab Yudha.

"Perhitungan amat sih." Rania mulai mengambil sepotong martabak dan menggigitnya.

Laki-laki di depannya menatap gadis itu yang makan dengan lahap. Pikirannya sudah melayang ke kejadian kemarin malam. Yudha memperhatikan bibir Rania yang bergerak asyik mengunyah martabak.

"Kenapa lo?" tanya Rania membuyarkan lamunan Yudha. Ia tidak nyaman dilihat seperti itu oleh Yudha.

Yudha mengusap tengkuknya karena salah tingkah. "Em, Ran. Lo nggak inget apa-apa semalam?"

Rania menghentikan kegiatan makannya. Ia tidak ingat apa pun. Dipikirannya saat ini adalah ia yang menyatakan perasaannya pada Yudha dan laki-laki itu menolaknya.

"Kan udah gue bilang. Lupain aja, gue mabuk semalem."

Yudha terdiam. Ia berpikir bagaimana bisa Rania bicara semudah itu? Meskipun harus melupakan kejadian itu, seharusnya Yudha meminta maaf dengan layak karena telah mencium Rania.

"Ran, gue minta maaf," ucapnya.

"Minta maaf kenapa?"

Belum sempat Yudha menjelaskan, Tika keluar dari kamarnya.

"Rania? Ada siapa?" tanya wanita yang baru saja keluar dari kamarnya itu.

"Temen, Ma."

Yudha berdiri untuk menyalimi Tika. Namun wanita itu malah melengos ke dapur, menunjukkan ketidakpeduliannya pada Yudha.

PRO RE NATA ( END ✔️ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang