32 : Crepitus

380 78 26
                                    

Crepitus : Ledakan

•••

Hai, apa kabar?
Happy weekend. Have a nice day..

___________________________________________

Yudha baru saja selesai rapat BEM. Begitu melangkah keluar ruangan, ia melihat Wina sudah menunggunya. Senyuman terbit di wajah Yudha.

"Win. Nunggu lama banget? Maaf ya."

Wina mencibir. "Iya ih, lama banget. Terus sekarang hujan lagi. Nggak bisa pulang dong."

"Kan ada jas hujan. Yuk gue anterin lo pulang."

"Ih, nggak mau pakai jas hujan."

"Terus gimana? Mau hujan-hujanan?"

"Ya enggak lah. Gue minta jemput supir gue. Lo bareng gue aja nanti."

Yudha mengernyit. "Ya nggak bisa lah, motor gue gimana?"

"Ih, motor doang. Tinggal aja kali. Besok diambil."

Helaan napas terdengar dari Yudha. "Nggak. Gue tetep pulang pakai motor gue."

Mendengar itu, Wina hanya mengangkat bahu. "Gue udah nawarin ya. Makanya bawa mobil aja, biar nggak kehujanan."

"Nggak usah nyari ribut deh, Win."

"Siapa yang nyari ribut? Bener kan, lebih nyaman pakai mobil juga kan?"

"Udah lah, ayo tunggu yang jemput lo di luar aja."

Yudha tidak habis pikir bagaimana Wina bisa semudah itu bicara untuk meninggalkan motornya begitu saja. Meskipun Yudha bisa saja membeli mobil tapi tetap Yudha menyayangi motor yang menemaninya sejak SMA itu.

Kedua insan itu menunggu jemputan Wina di depan gedung. Yudha melihat langit, tampaknya memang tidak ada tanda-tanda hujan akan cepat reda. Langit masih begitu gelap.

Ponsel di saku celana Yudha berdering. Laki-laki itu mengeluarkan dari saku celana hitamnya. Tertera nama Rania di sana. Yudha sengaja menolak panggilan itu. Ada Wina di sampingnya, bagaimanapun ia harus menghargai perasaan kekasihnya itu.

Tak berlangsung lama, Rania menghubunginya untuk yang kedua kali. Kali ini Yudha ragu akan mengangkat atau tidak. Jarang sekali Rania meneleponnya. Yudha punya firasat tidak enak.

"Siapa sih? Angkat aja kalau penting," ucap Wina yang mulai terganggu dengan nada dering dari ponsel Yudha.

Yudha segera menolak panggilan itu untuk kedua kali. "Bukan siapa-siapa."

Laki-laki itu berencana akan menghubungi Rania nanti saat di kosan.

Selang hampir sepuluh menit. Ponsel Yudha kembali berdering, Rania menghubunginya lagi untuk ketiga kali. Lagi-lagi, ia tmenolak panggilan itu.

"Siapa sih yang telepon dari tadi?"

Yudha mengangkat bahunya. "Nomor asing," jawab Yudha berbohong.

Yudha mengadahkan tangannya menyambut hujan. "Jemputan lo masih lama?"

"Tau nih."

Di saat bersamaan, Yudha melihat sosok Rania di kejauhan. Matanya menyipit untuk memastikan, apakah ia tidak salah lihat.

"Rania?" gumam Yudha. Detik itu juga ia tahu, ada yang tidak beres dengan gadis itu. Ia melihat Rania melempar payungnya kemudian berjalan menembus derasnya hujan.

"Hah?"

"Gue pergi duluan, Win. Lo bisa nunggu jemputan sendiri kan? Sorry. Nanti gue jelasin." Yudha langsung pergi berlari melawan banyaknya tetesan hujan yang datang bersamaan.

PRO RE NATA ( END ✔️ )Onde histórias criam vida. Descubra agora