50 : Finis

739 66 8
                                    

Finis : akhir

•••

Hai, udah chapter terakhir nih. Huhuu setelah empat bulan lamanya, akhirnya cerita ini tamat.

Besok aku mau kasih epilog. Jadi jangan lupa dibaca ya..

Semoga kalian suka sama endingnya. Selamat membaca ❤️

___________________________________________

Rania mencoba menghubungi laki-laki itu. Laki-laki yang berhasil membolak-balikkan perasaannya. Namun sejak tadi, nomor Yudha tidak aktif. Belasan kali ia mencoba, hasilnya nihil. Gadis itu hanya perlu penjelasan dan memahami keadaan sebenarnya.

Si rambut biru itu memejamkan kedua matanya dengan geram. Pegangan pada ponselnya mengerat. Ia tidak mengerti kenapa Yudha tidak mengaktifkan ponselnya, terlebih setelah Wina membuat story seperti itu.

Suasana pagi itu membuat mood Rania anjlok. Padahal saat membuka mata tadi, gadis itu diliputi dengan perasaan lega dan bahagia. Gadis berambut biru itu berusaha untuk berpikiran positif dan mencoba beranggapan bahwa yang dimaksud Wina bukanlah Yudha. Namun ternyata hal itu sulit dilakukan. Rania mengira Yudha memainkan perasaannya, terlebih sekarang laki-laki itu tidak bisa dihubungi.

Ponsel dalam genggaman gadis itu berdering, panggilan masuk dari Putri.

"Halo?" jawab Rania.

"Alhamdulillah. Diangkat juga. Dari semalem gue telponin!" cerocos Putri di ujung telepon.

"Sorry, semalem hp gue di silent."

"Lo udah lihat story Wina?"

Rania menggigit bibir bawahnya dan mengangguk, sekalipun Putri tidak bisa melihatnya. "Iya, udah."

"Bukain pintu. Kita di depan."

"Kita?" Rania bergerak ke dekat jendela. Disibakkannya gorden yang menutup jendela kaca itu. Ia melihat Putri di atas sepeda motor, serta Vanya yang duduk diboncengan Rista.

"Oke, gue turun."

Rania segera turun untuk membukakan pagar bagi ketiga sahabatnya itu.

"Pagi amat kalian ke sini," ucap Rania saat pertama bertemu.

Memang sekarang masih menunjukkan pukul delapan pagi. Wajar Rania terheran, sebab ia tahu ketiga temannya itu pasti sulit berkumpul pagi-pagi di hari Minggu.

"Nggak penting pagi atau enggak. Ayo sekarang kita cabut!" jawab Vanya sambil turun dari motor.

Kemudian Rista dan Putri memasukkan motor mereka ke garasi. Garasi itu sekarang tampak lebih lega karena tidak ada mobil Deni yang mengisi rumah itu.

Rania menautkan kedua alisnya, tidak memahami rencana ketiga temannya itu. "Ke mana?"

"Bandung," jawab Putri dengan santai.

"Hah! Gila! Nggak salah denger gue?" Rania membulatkan matanya ketika mendengar jawaban Putri.

"Galau kan lo sekarang? Dari pada lo galau seharian ini, mending kita perjelas sekarang juga. Bener nggak Wina balikan sama Yudha. Kita samperin rumah Yudha sekarang. Lagian Jakarta Bandung cuma tiga jam. Berangkat sekarang, masih sempet siang di sana," cerocos Putri.

Rania memijit pelipisnya, heran dengan sikap impulsif ketiga temannya. "Kita ga ada alamatnya dia. Terus mau ke mana?"

Sekarang giliran Rista, ia mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Mengutak-atik sebentar, dan menunjukkan salah satu foto di galeri ponselnya. Rania melihat foto itu, data mahasiswa bernama Yudha Galih Pamungkas.

PRO RE NATA ( END ✔️ )Where stories live. Discover now