diez ; barcelona

1.3K 204 202
                                    

Cuitan burung gereja bagai alunan klasik di pagi hari, untuk pertama kalinya bagi Javier terbangun di tempat yang asing baginya, berada di ketinggian 650 mdpl membuat Madrid menjadi satu-satunya ibukota tertinggi di Eropa.

Javier membuka jendelanya, gedung-gedung tinggi menjulang menyambut indera penglihatannya. Sebenarnya ini adalah salah satu impiannya, pergi ke Madrid bersama Calvino sebagai pemain bola. Tapi impian itu sepertinya sudah terjadi setengahnya saja.

Setelah mencuci muka, dia keluar dari kamarnya. Melihat Eva tengah menyiapkan sarapan.

"Buenos dias."

Eva menoleh. "Oh, buenos dias Javier. Bagaimana tidurmu?"

"Aku tidur nyenyak, terimakasih."

"Dia merawat anaknya dengan sangat baik semalam." Antonio datang dari kamar dan duduk di kursi yang mengelilingi meja.

"Benar, aku sama sekali tidak mendengar bayimu menangis semalam. Padahal biasanya bayi suka sekali menangis di tengah malam, kan?"

Javier hanya balas tersenyum. Sebenarnya semalam Luna juga sempat menangis karena lapar, tapi dia dengan sigap membuatkannya susu ke dapur.

"Duduklah, kamu harus sarapan sebelum berangkat," ucap Eva mempersilakan.

"Kurasa aku akan langsung berangkat saja."

"Tidak, kamu harus sarapan dulu. Nanti Antonio yang akan mengantarmu ke stasiun."

"Itu benar, ayo sarapan dulu, Jav."

Javier akhirnya mengangguk. Dia menarik kursi untuk duduk dan mereka bertiga menikmati sarapan pagi itu.

 Dia menarik kursi untuk duduk dan mereka bertiga menikmati sarapan pagi itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Gracias." Javier membungkuk sopan begitu Antonio mengantarkannya sampai ke dalam stasiun.

Antonio memberikan sekantong roti untuk Javier. "Makan ini jika kamu lapar, perjalanannya lebih dari dua jam."

Javier menerimanya. "Terimakasih, kamu sangat baik," sanjung Javier sambil tersenyum.

"Aku senang bertemu denganmu dan anakmu juga," ujarnya sambil melirik Luna.

Javier tersenyum. "Kalau begitu aku pamit."

"Tunggu," tahan Antonio. Dia mengeluarkan secarik kertas. "Ini kartu namaku, aku harap kita bisa bertemu lagi suatu hari nanti."

Tanpa ragu Javier menerimanya. "Oke, aku akan menghubungimu setelah aku sampai."

Antonio mengangguk, Javier langsung beranjak pergi menuju keretanya. Dia duduk dengan nyaman bersama Luna dan mencoba untuk menikmati perjalanan yang cukup panjang ini.

Waktu berlalu, kereta itu baru saja berhenti. Javier yang sempat tertidur langsung terbangun. Dia mengecek tasnya, berharap selama dia tidur tadi tidak ada yang mencuri barangnya. Dia menghela napasnya begitu tahu barang-barangnya masih lengkap.

Mi Luna [✓]Where stories live. Discover now