veintidós ; annoying martius

990 124 65
                                    

Suasana pagi itu cukup sejuk dikarenakan hujan semalaman yang begitu deras. Angin berhembus lumayan dingin membuat beberapa orang memilih keluar dengan baju tebalnya. Tak terkecuali dengan gadis yang baru saja menginjak kelas delapan. Dia memarkir sepedanya di parkiran kemudian berjalan masuk berbaur dengan murid-murid yang lain. Sesampainya di loker, dia melepaskan hoodie kuningnya dan memasukkannya ke dalam loker. Dilanjutkan menyisir rambutnya yang sedikit berantakan diterpa angin.

"Hai Luna!"

Gadis berhoodie kuning tadi tidak lain adalah Luna itu menoleh mendapati Perla di sampingnya.

"Oh hai, buenos dias!"

"Sudah mengerjakan PR hari ini?" Tanyanya menaikkan sebelah alisnya.

Mata Luna membulat. "PR? Ini kan semester baru, mana ada PR!"

Perla tertawa nyaring melihat ekspresi Luna yang panik. "Memang benar tidak ada PR, dan kenapa kamu lambat menyadarinya?"

"Aaaa Perlaaaa," gumamnya gemas.

Perla masih tertawa di sana. "Ngomong-ngomong kita bertiga sekelas lagi, loh."

"Benarkah? Oh ya ampun! Benar-benar kebetulan yang kebetulan."

"Buenos dias!"

Mereka berdua berbalik badan, melihat siapa yang menghampiri mereka. Luna terkejut, dia mengucek matanya beberapa kali sedang Perla di sebelahnya menyipitkan matanya.

"M-matea?" Tanya Luna.

"Hehe iya, ini aku."

Luna dan Perla saling pandang. Tentu saja mereka terkejut, Matea mengubah penampilannya kali ini. Sebelumnya rambutnya panjang sebahu dan selalu diikat, sekarang rambutnya jauh lebih pendek serta dia mengenakan kacamata.

"Aku hampir tidak bisa mengenalimu," ucap Luna.

"Benar, kamu seperti orang lain," timpal Perla.

Matea tersenyum kecil. "Aku jadi lebih menarik, kan?"

"Benar, aku setuju," ucap Perla.

"Iya Matea, Martius pasti langsung tidak bisa mengalihkan matanya darimu," goda Luna.

"Hey bukankah dia dekatnya denganmu?" Tanya Perla memastikan kepada Luna.

Luna tertawa kecil. "Siapa tahu saja setelah melihat teman sebangkunya, dia jadi memusatkan atensinya kepada Matea?"

Karena di kelas tujuh, Martius dan Matea teman sebangku.

"Tidak! Ah cukup membicarakan anak laki-laki!" Matea menutup telinganya tak mau dengar.

Luna dan Perla tertawa.

"Ngomong-ngomong memangnya Martius sekelas dengan kita lagi?" Tanya Perla.

"Kuharap tidak, aku mual terus melihat wajahnya dari sekolah dasar," ucap Luna.

"Mual? Ah hati-hati dengan ucapanmu, Luna." Perla menggoda.

Luna hanya geleng-geleng kepala dan mengajak kedua sahabatnya untuk pergi ke kelas.

Luna hanya geleng-geleng kepala dan mengajak kedua sahabatnya untuk pergi ke kelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mi Luna [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang