treinte y ocho ; lost control

2.6K 141 45
                                    

[18+]
Bagi yang di bawah umur, bijak-bijak ya jangan judge byu hehe . Kalau engga sanggup bisa di skip tapi tetep pencet bintang ya!><

Javier membuka lebar matanya melihat anaknya dengan lancar menenggak minuman anggur beralkohol itu.

"Woah, anakmu minum dengan hebat! Javier, jangan menghentikannya!" Pekik Jericho sambil tertawa.

"Luna," panggil Javier.

"Haish kubilang jangan menghentikannya, dia juga sudah lulus SMA. Jangan khawatir."

Sejenak Luna tersadar, minuman ini serasa bisa meredakan pikirannya. Satu gelas kecil sudah dia teguk, tapi rasanya belum cukup, dia ingin lagi dan lagi. Apa dia kecanduan?

"Luna apa kamu tahu? Papamu saja tidak kuat kalau langsung menghabiskan satu gelas, tapi kamu ... woah! Apa kamu sudah pernah minum sebelumnya?"

"Belum, paman. Ini pertama kalinya."

Jericho tertawa. "Hebat! Hey Javier, kenapa diam saja? Minumlah juga, jangan mau kalah sama anakmu!"

Javier akhirnya membiarkan saja semuanya mengalir, pun dia juga meneguk anggurnya.

Sampai tak terasa mereka sudah lama mengobrol sambil minum diselingi makanan-makanan ringan. Luna menopang kepalanya di sisi sofa dengan sebelah tangan memegang gelas dengan anggur penuh. Di bawahnya, Javier duduk di lantai dengan kepala yang dia letakkan di atas meja. Sementara Jericho sudah berbaring dengan snack di dalam mulutnya.

"Aku sudah tidak kuat," gumam Jericho.

"Luna juga ..."

Javier mengangkat kepalanya melihat Luna yang duduk di sofa. "Ayo pulang, Luna."

"Eits! Tidak! Tidak boleh hehe kalian harus tetap disini, minumannya belum habis."

Javier kembali meletakkan kepalanya di atas meja, jujur dia juga sudah hampir hilang kesadarannya. Jericho berusaha untuk duduk kemudian meneguk segelas alkohol lagi. Luna juga kembali meneguk gelasnya dan meletakkannya di atas meja. Dia bersandar sambil mengucek matanya.

"Jam berapa ini, pa?" Tanyanya parau.

Javier tidak menjawab, dia sepertinya sudah tidak sadar.

Luna merogoh ponselnya dan melihat jam menunjukkan pukul 12 malam.

"Ah kenapa tepat sekali ..."

Luna turun dan duduk di sebelah papanya, dia menggerakkan lengan dan bahu papanya. "Papa ayo pulang mmhh ..."

Javier merespon dengan mengangkat kepalanya dan bersandar pada sofa, matanya masih memejam. Luna tersenyum kecil melihat wajah memerah papanya.

"Hihi wajah papa memerah!" Ujarnya sambil menunjuk.

"Kamu juga sama, Luna!" Ucap Jericho kemudian ambruk lagi ke lantai.

Luna merapatkan duduknya dengan Javier dan menyandarkan kepalanya di bahu papanya itu. Dia memejam sejenak kemudian kembali membuka mata, dia mendangah untuk melihat papanya yang memejam.

Di dalam ketidaksadarannya ini, tiba-tiba muncul sekelebat bayangan saat ciuman pertamanya, siapa lagi kalau bukan dengan papanya saat itu. Ucapan Matea dengan bilang bahwa mencium orang itu adalah salah satu jenis orang mabuk juga terlintas di kepalanya.

Pandangan Luna turun kearah bibir Javier, cukup lama memandangnya. Kemudian tangannya menangkup wajah Javier menghadapnya, dan dengan gilanya dia mencium bibir papanya. Hanya bersentuhan tidak cukup lama kemudian dia menarik kembali kepalanya.

Papanya masih tampak tidak sadar.

"Papa, Luna ingin bilang kalau Luna menyukai papa-ah tidak-mungkin perasaan ini sudah sampai di tahap mencintai. Luna tahu ini adalah sebuah dosa besar karena mencintai papa, tapi Luna bisa apa? Sekeras apapun Luna mencoba menghilangkan perasaan ini, tapi justru tumbuh semakin kuat." Dia memandangi lekat wajah papanya.

"Luna tidak mau papa menikah lagi, Luna tidak ingin atensi papa terbagi, seperti hari ini. Tapi Luna juga berpikir, mungkin dengan adanya pernikahan untuk papa bisa menghilangkan perasaan terlarang Luna ini, dan kemudian Luna akan mencoba untuk menerima cinta dari luar. Ini yang mengganggu Luna akhir-akhir ini, pa ..."

Tanpa adanya respon, Luna tampak sedang berbicara sendiri. Tapi dia tetap berharap semoga papanya mendengar sepatah dua patah kata yang dia lontarkan.

Dia mengecup bibir papanya lagi. 'Persetan dengan cinta tidak harus memiliki, nyatanya saat ini aku ingin sekali memiliki papa ...'

Akal sehat Luna tiba-tiba pergi bersama dengan kesadarannya. Dia kembali mencium papanya, kali ini dengan sedikit lumatan kecil. Dalam pejaman mata dia mersapi setiap inchi bibir papanya, menyesap bau dan rasa alkohol yang masih tertinggal di sana. Tanpa diduga, dia merasa pergerakan bibirnya mendapat balasan. Dia lantas menarik mundur kepalanya.

Kedua netra mereka saling beradu pandang, untuk saat ini Luna tidak tahu apakah papanya sadar atau tidak, tapi dia membuang rasa takutnya kalau memang papanya sadar dengan perbuatannya. Dia kembali meraup bibir papanya tanpa ragu, Javier juga mengimbanginya dengan sempurna. Tangannya melingkar di pinggang anaknya, membawa Luna keatas pangkuannya tanpa melepas pagutan bibir mereka.

Beberapa kali mereka jeda untuk menarik napas tapi kemudian ciuman yang lebih panas selalu mereka sambut, Luna mengalungkan kedua tangannya di bahu papanya, sementara tangan Javier melingkar indah di di pinggang anaknya.

Efek alkohol yang memabukkan ternyata berpengaruh kepada keduanya yang juga semakin terperdaya dengan apa yang mereka lakukan. Bagian kecil dari dirinya menyadari bahwa apa yang mereka lakukan ini jelas salah, tapi bagian besar dari dirinya membuatnya merasa sangat senang dapat melakukan hal ini dengan papanya. Dia bahkan dengan sukarela mendangah, memberikan akses ciuman papanya yang menjalar di lehernya.

Mereka kembali bertatapan lekat, Luna tersenyum kecil. "Luna mencintai papa ... sangat cinta ..."

Javier membaringkan Luna keatas sofa kemudian ditindihnya diikuti hujaman lumatan di bibir anaknya. Luna senang, dia sangat senang meski memanfaatkan ketidaksadaran papanya karena pengaruh alkohol, dan tidak ada sedikitpun rasa bersalah lagi di dirinya. Mungkin alkohol juga merampas semua akal sehatnya.

Dia menggeliat geli begitu papanya kembali bermain di lehernya, dia mendesah pelan sambil meremat surai hitam papanya dengan gemas.

Lucy yang baru membuka pintu kamarnya untuk mengecek keadaan tiga orang diruang tamu mengerutkan keningnya begitu mendengar suara kecapan dan deru napas yang mendayu-dayu. Pikirannya langsung negatif, dengan cepat dia berjalan menuju ruang tamu.

Betapa terkejutnya dia melihat Javier yang menindih anaknya dengan cumbuan.

"ASTAGA! APA YANG KALIAN LAKUKAN?!"

"ASTAGA! APA YANG KALIAN LAKUKAN?!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

TBC

05/02/2022

Mi Luna [✓]Where stories live. Discover now