veintitrés ; javier likes boys?

1K 132 65
                                    

Luna mengayuh pedal sepedanya di sepanjang pinggiran sungai Manol, matanya menyipit mendapati kerumunan di sisinya, dia memperlambat laju sepedanya dan berbelok tepat ke Yellow Bakery.

Kriinggg!

Lonceng berbunyi dikala pintu itu terbuka, Luna menarik napas dalam-dalam menghirup aroma roti yang diikuti telanan ludah di kerongkongannya.

"Halo kak Beti," sapa Luna kepada pegawai yang sedang berjaga di sana.

"Eh ada Luna, mau beli roti apa kali ini?" Tanyanya menghampiri.

Luna berkeliling melihat-lihat roti yang dipajang. "Hmm ... apa tidak ada roti yang baru?"

Beti tersenyum. "Ada, ikut aku."

Luna mengikuti langkah Beti ke etalase yang lain. Matanya berbinar mendapati roti dengan kaya topping diatasnya.

"Ini roti donat?" Tanyanya.

"Roscón de reyes, bentuknya memang seperti donat. Luna mau?"

Luna mengangguk. "Satu saja, kak Beti."

Beti mengangguk dan membungkuskannya.

"Ngomong-ngomong apa yang orang-orang lakukan dipinggir sungai?" Tanya Luna basa-basi.

"Orang-orang membangun dermaga, mungkin sebentar lagi akan dijadikan transportasi wisata, oh sepertinya ayahmu juga ada di sana tadi."

Luna cukup terkejut, dia tidak memperhatikan siapa-siapa orang yang ada di sana. "Benarkah? Kalau begitu boleh ditambah roti donatnya? Luna ingin memberikannya kepada papa."

Beti tersenyum. "Oke, Luna. Tunggu sebentar, ya."

Setelah bingkisan roti donatnya sudah terbayar, dia kembali pergi ke sisi sungai dengan sepedanya. Dia menyandarkannya pada pagar beton dan berjalan sambil menelisik wajah orang-orang di sana.

"Hai Luna, mencari ayahmu, ya?" Itu Ferguso.

"Iya, tuan Ferguso. Apa tuan melihat papa Luna?"

"Dia di sebelah sana," tunjuknya.

Luna tersenyum. "Terimakasih, tuan." Luna berlari kecil ke sisi yang lain, senyumnya mengembang melihat papanya sedang mengangkat beberapa bilah papan.

"Papa!" Panggilnya.

Javier langsung menoleh merasa panggilan itu untuknya, dia tersenyum sambil melambai. Setelah meletakkan papan-papan itu, dia menghampiri Luna.

"Bagaimana kamu tahu papa disini?"

"Tadi kak Beti yang memberitahu, Luna beli donat untuk papa," ucapnya menyodorkan bingkisan kotak itu.

"Luna simpan dulu, ya. Papa masih bekerja."

"Makan dulu lah, Javier. Tidak sampai 10 menit, kan?" Sela Ferguso sambil tertawa kecil.

"Tuan Ferguso sudah mengijinkan," ucap Luna tertawa kecil. Dia duduk di atas pagar beton dan mulai membuka kotak itu. Javier juga ikut duduk di sebelahnya.

"Beti bilang ini varian baru dari donat, uhm ... apa ya namanya ... Rocón—"

"Roscón de reyes," koreksi Javier sembari mengambil donatnya.

"Eh? Papa tahu?"

"Dulu kakek sering membelikan papa, di Murcia banyak toko yang menjual ini."

"Oh begitu, ini pertama kalinya Luna tahu. Luna juga akan mencobanya." Dia pun menggigit bagiannya. "Uhm ... enak!" Gumamnya.

Javier tertawa kecil berlanjut menggigit donatnya lagi.

"Oh iya, pa. Ngomong-ngomong hari ini Luna bergabung di kelas menyanyi."

Mi Luna [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang