diecisiete ; big brother

1.1K 145 77
                                    

Javier membaringkan Luna begitu mereka tiba dari klinik, ini pertama kalinya Luna demam, pantas saja Javier cemas bukan main.

"Apa dia sudah makan malam, Jav?" Tanya Maria yang masih di sana.

"Belum, rencanaku aku akan membelikan makanan sepulangnya dari kota tadi."

"Ya sudah, kamu tunggu disini, biar aku yang akan memasak makan malam."

Javier mengangguk. "Terimakasih, Maria."

Maria berlalu ke dapur.

"Papa ..." Panggilnya lirih.

"Iya, sayang? Apa yang tidak enak? Kepalamu sakit?"

Luna mengangguk pelan. "Rasanya panas."

"Nanti setelah makan dan minum obat, demam Luna pasti akan turun," jawabnya mengusap surai Luna.

"Pa, Luna juga mau minta maaf karena malah berjalan kaki dan kehujanan."

"Sudah tidak apa-apa, justru papa yang minta maaf karena terlambat menjemput."

Luna memeluk Javier yang duduk di sisinya, biasanya memang jika tidak enak badan, anak inginnya selalu dekat-dekat dengan orangtuanya.

Luna memeluk Javier yang duduk di sisinya, biasanya memang jika tidak enak badan, anak inginnya selalu dekat-dekat dengan orangtuanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Javier meletakkan telapak tangannya di dahi Luna, dia tersenyum tipis. Demam Luna sudah turun pagi ini.

"Hari ini tidak usah masuk sekolah, istirahat saja ya, sayang."

"T-tapi Luna punya PR matematika, pa. Luna lupa mengerjakannya semalam."

"Tidak apa-apa."

"Tapi nanti Luna dihukum seperti kemarin."

Alis Javier terangkat. "Dihukum?"

Luna langsung kicep. Dia keceplosan.

"Uhm ... iya, Luna kemarin lupa mengerjakan PR juga hehe. T-tapi Luna tidak mau mengulanginya lagi setelah mendapat hukuman."

"Luna dihukum apa kemarin?"

"Mengerjakan PR di luar kelas hehe."

Javier menghela pelan napasnya kemudian tersenyum kecil. Dia tidak menyangka ternyata Luna juga sepertinya, dia juga jarang mengerjakan PR dan dapat hukuman, maka dari itu Javier tidak terlalu pintar di bidang akademik.

"Papa kok senyum-senyum, senang ya Luna dihukum?" Luna memanyunkan bibirnya.

Javier tertawa kecil. "Apa? Tidak, mana mungkin papa senang kalau Luna dihukum. Lain kali harus ingat kalau ada PR, ya. Kalau PR nya susah, tanya sama papa atau nyonya Maria."

"Oke, papa."

"Ya sudah, papa mau bekerja dulu. Nanti nyonya Maria kesini untuk membuat sarapan, nanti kamu makan dan minum obatnya, hm?" Tuturnya sembari mengusap kepala Luna.

Luna mengangguk, lantas Javier memeluknya sebentar sembari mengecup dahi Luna.

"Cepat sembuh, sayang."

Mi Luna [✓]Where stories live. Discover now