treinte y siete ; madness

1.1K 113 23
                                    

Martius baru saja mengirimkan pesan kepada Matea kalau dia menemani Luna keluar sebentar, dia memasukkan kembali ponselnya ke saku kemudian menatap Luna yang berjalan lebih dulu di depannya.

Dia tidak tahu apa yang terjadi kepada Luna, sama sekali tidak tahu. Hanya saja, dia melihat kesedihan dari tatapan matanya tadi, juga langkahnya yang menyeret membuat dia semakin yakin Luna tampaknya sedang dibebani sesuatu.

Tapi dia memilih tidak bertanya, biarlah untuk saat ini dia ada untuk menemani sisi rapuh seorang Luna, orang yang dia sayangi meski sudah tertolak dengan jelas.

Sepanjang jalan tidak ada percakapan diantara mereka, dia tetap berjalan di belakang Luna untuk mengawasi, sementara Luna juga belum menunjukkan tanda-tanda untuk menoleh atau berhenti.

Sampai tak terasa mereka berjalan kaki sampai ke lapangan sepak bola di dekat pasar. Luna duduk di pojok tribun teratas diikuti Martius yang duduk dengan jarak di sebelahnya.

"Menurutmu apa aku egois?" Tanyanya tanpa menoleh.

Martius menautkan alisnya dengan pertanyaan Luna yang tiba-tiba.

"Apa maksudmu?"

Luna menghela pelan napasnya. "Aku mencintainya, meski kami tidak bisa bersatu. Lalu seseorang datang kepadanya yang bisa dipastikan mereka berdua akan bersatu, dan aku tidak ingin itu terjadi."

"Kalian ... tidak bisa bersatu?"

Luna menoleh. "Iya, tidak akan pernah bisa bersatu. Karena sebuah alasan ..."

Martius tampak berpikir.

"Tapi aku juga ingin dia bahagia meski bukan aku alasannya," lanjut Luna.

Martius menatap Luna sebentar kemudian merapatkan duduknya, dia meraih tangan Luna dan menggenggamnya. "Luna, aku sebenarnya tidak cukup mengerti apa yang kamu bicarakan, tapi aku paham rasanya tidak bisa bersatu dengan orang yang kita cintai. Tapi cinta tidak harus memiliki, Luna. Contohnya bahkan kamu ingin melihatnya bahagia meski bukan denganmu, itu artinya bahagianya juga bahagiamu, kan?"

Luna menunduk, tampak berpikir. "Kamu benar, Martius."

Martius tersenyum kecil sembari melepaskan genggaman tangannya.

"Aku akan mencoba, kuharap aku sanggup berada di titik dimana aku bisa merelakannya."

Mereka kembali pulang, Martius juga kembali ke sana karena meninggalkan motornya tadi

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Mereka kembali pulang, Martius juga kembali ke sana karena meninggalkan motornya tadi. Dia langsung pamit karena akan menjemput adiknya pulang les. Luna mengiyakan, tak lupa terimakasih dia ucapkan.

Dia kemudian memasuki rumahnya, seperti dugaannya dua tamu di sana tentu akan bermalam disini, bisa jadi beberapa hari kemudian mungkin?"

"Luna, darimana kamu?" Tanya Javier.

Luna tidak menjawab.

"Oh iya, paman Calvino dan bibi Ramona akan tinggal disini selama tiga hari, kamu mau kan berbagi kamar dengan bibi Ramona?"

Mi Luna [✓]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora