veinte ; home

1K 128 79
                                    

Luna sedikit berlari menghampiri Javier yang sedang mengobrol dengan Jericho. Dia memeluknya tanpa membuat ayahnya itu terusik.

"Iya, aku berangkat besok pagi, jadi tolong kamu urus semuanya ya," pintanya kepada Jericho.

Luna mendelik. "Papa mau pergi kemana?" Tanyanya begitu pembicaraan ayahnya sudah selesai.

"Bukan hanya papa, tapi bersama Luna juga."

Luna semakin tak mengerti. "Kita? Kita akan pergi kemana besok, pa?"

Javier tersenyum. "Rumah kakek."

Benar. Ini sudah bulan ketiga dimana pernikahan kakaknya; Miguel, akan dilaksanakan lusa. Mungkin terlalu mendadak untuk memberitahu Luna juga, karena pekerjaannya juga cukup menyita waktunya.

Sekarang yang Javier pikirkan adalah dengan apa dia pulang. Sebentar, pulang? Mungkin sudah selayaknya istilah itu dia gunakan, kan?

Tidak mungkin dia membelah jalanan kota dengan pickup-nya, jadi dia berpikir untuk menyewa jasa travel saja.

Sore harinya dia dikejutkan oleh kedatangan seseorang dengan sebuah mobil ke rumahnya.

"Permisi tuan Javier, saya adalah suruhan tuan Sergio untuk menjemput anda dan anak anda."

Javier terkejut bukan kepalang, terlebih berpikir sejak kapan ayahnya punya orang suruhan?

Javier mempersilakan orang itu untuk masuk dan menginap semalam sebelum mereka berangkat besok pagi. Dia mendatangi Luna di kamar dan mendapati anak itu sedang sibuk dengan bukunya.

"Ayo bantu papa mengemas pakaianmu, sayang."

"Sebentar, pa. Luna punya PR untuk besok, nanti Luna dihukum lagi kalau tidak mengerjakan."

Javier tersenyum sembari mengambil tas untuk tempat pakaiannya dan Luna. "Kalau begitu besok pagi titipkan PR-mu kepada Perla atau Matea di sekolah."

"Oke, pa."

Setelah selesai mengerjakan PR, pun mereka melanjutkan untuk mengemas pakaian yang cukup untuk beberapa hari. Jujur di dalam hatinya, Javier sangat bersemangat untuk kembali ke kota kelahirannya, bertemu orangtuanya, terutama sang ibu yang belum pernah dilihatnya sejak dia diasingkan.

 Jujur di dalam hatinya, Javier sangat bersemangat untuk kembali ke kota kelahirannya, bertemu orangtuanya, terutama sang ibu yang belum pernah dilihatnya sejak dia diasingkan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mobil hitam itu berhenti di depan sekolah Luna, dia turun untuk memberikan pekerjaan rumahnya kepada salah satu dari dua sahabatnya. Tapi sesampainya di kelas dia tidak menemukan kedua sahabatnya di sana.

"Hey Martius!" Panggil Luna seraya mendekat.

"Ada apa, Luna? Sebentar, kenapa kamu tidak pakai seragam sekolah?"

"Aku memang tidak bersekolah hari ini, apa kamu melihat Perla dan Matea?"

Martius menggeleng. "Kupikir mereka belum datang."

Luna mendesah pelan.

"Kenapa kamu tidak bersekolah hari ini, Luna?"

"Aku akan pergi ke Murcia."

Mi Luna [✓]Where stories live. Discover now