treinta y uno ; confession

1.2K 109 31
                                    

Luna membanting pintu kamarnya dengan nyaring, dia bahkan tidak peduli jika engsel pintu kamarnya akan rusak. Dia duduk meringkuk di atas kasur menghadap ke luar jendela. Dia menggigit bibir bawahnya kuat-kuat berusaha untuk menghentikan buliran air mata agar tidak keluar lagi.

Dadanya sesak saat Javier berteriak padanya, mungkin dia cengeng tapi ini adalah kali pertamanya papanya itu memarahinya. Sejenak dia merasa Javier bukan papanya yang dia kenal.

Tok tok tok!

Luna tidak bergeming mendengar ketukan di pintu yang dia yakini itu pasti papanya.

Javier menapakkan kakinya memasuki kamar anaknya, dihampiri Luna yang duduk membatu tanpa niat ingin menoleh kearahnya.

"Luna ..."

"...."

Javier mengulum bibirnya. "Papa minta maaf, papa tidak sengaja ..."

"...."

"Papa tidak sadar sudah berteriak padamu."

Bukannya menjawab, Luna semakin terisak, itu membuat Javier semakin bersalah.

"Papa benar-benar minta maaf, papa banyak pikiran akhir-akhir ini sampai tidak sadar berteriak padamu," ulangnya lagi.

Luna langsung memeluk Javier masih dengan terisak. "Luna takut ... jangan berteriak pada Luna lagi, pa ..." Lirihnya.

Javier balas memeluk anaknya. "Iya, maafkan papa ya."

Ciuman semalam tiba-tiba terlintas di kepalanya, Luna segera melepas pelukannya dan menjaga jarak. Dia segera menghapus air matanya.

"T-tapi papa juga mau memaafkan Luna, kan? Luna sudah merusak ladang dan hampir merobohkan pagar."

Javier tersenyum kecil. "Kamu seharusnya bilang saja pada papa kalau ingin belajar traktor, papa pasti akan mengajarkanmu."

"Luna melihat papa sangat sibuk, jadi—"

"Kan papa sudah pernah bilang, kalau Luna butuh sesuatu bilang saja pada papa."

Luna mengusap sembab matanya kemudian menoleh. "Oke, kalau begitu papa mau mengajari Luna sekarang?"

Javier mengusap kepala Luna sambil tersenyum dan mengangguk.

Kini mereka berdua ada di atas traktor, dengan sabar Javier mengajari Luna dimulai dari cara menghidupkan traktor, cara mengendalikannya dan mengatur jarak diantara ladang agar tidak lagi nyaris menabrak pagar.

Sesi pengajaran itu dipenuhi momen yang membuat Luna berdebar, contohnya di saat Javier membantu tangannya menggerakkan setir atau persneling. Entahlah ... dia merasakan ada debaran beruntun menggelitik dadanya di saat papanya itu menyentuh tangannya.

Luna segera menggeleng mengusir pikiran itu sembari memegangi dadanya.

'Ini gila ... apa yang terjadi padaku ...'

"Apa kamu sudah mengerti?"

Luna tersentak. "Eh? I-iya." Luna mencoba memijak pedal gas pelan-pelan dengan tanpa lepas pengawasan Javier.

" Luna mencoba memijak pedal gas pelan-pelan dengan tanpa lepas pengawasan Javier

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Mi Luna [✓]Where stories live. Discover now