catorce ; bestfriend

1.2K 154 121
                                    

Javier mengamati kendaraan yang berlalu-lalang di depannya, dengan Luna yang berada di sampingnya, yang asyik memakan permen kapas dan mengamati ikan hias di tangan yang lain.

Bukan. Bukan dia yang membelikan permen kapas itu, tapi sahabat lamanya; Calvino.

Calvino datang dengan dua cup kopi panas di tangannya, menyodorkan satu kepada Javier seraya duduk di sebelahnya.

"Kamu bilang tadi kamu kuliah di Barcelona?" Tanya Javier membuka percakapan lagi.

Calvino mengangguk. "Sebenarnya setelah lulus SMA, aku mencoba menghubungimu, tapi nomormu tidak aktif, kurasa kamu sudah menggantinya."

Javier hanya diam.

Calvino melirik Luna di sisi Javier yang lain. "Dia tumbuh menjadi anak yang cantik."

Javier itu menoleh kearah Luna dan mengusap kepalanya. "Iya. Lalu kenapa kamu bisa ada di kota ini?"

"Oh iya, aku kemari dengan beberapa temanku, kami tinggal di rumah bibi salah satu diantaranya. Aku juga berharap ketika aku tiba di Barcelona, aku bisa bertemu denganmu meski aku tidak tahu persis dimana kamu berada. Aku ingin bertanya kepada ayahmu, tapi mereka berdua bahkan jarang berada di rumah, rumahmu selalu terlihat tutup, sedang Benita bahkan tidak tahu dimana kamu."

Javier menghela napas pelan. "Aku pikir kamu enggan berteman denganku lagi setelah kejadian itu, aku merelakan segalanya demi Luna, bahkan mungkin termasuk persahabatan kita."

Calvino mengulum bibirnya sambil menatap lurus ke depan. "Jujur aku awalnya juga terkejut dan kecewa, tapi aku sadar Jav, kita tidak seharusnya seperti ini. Mungkin sedikit bisa dimaklumi jika persahabatan retak karena perempuan, tapi kalau karena bayi? Itu terdengar konyol," jelasnya diakhiri tawa.

Memancing Javier ikut menyunggingkan senyumnya.

"Dengar, aku biasanya tidak seperti ini. Tapi saat melihat seorang anak perempuan berdiri di depan penjual permen kapas, entah bagaimana aku langsung menghampirinya. Aku bertanya, 'Apa ada yang kamu inginkan?', dia menjawab. 'Luna ingin permen kapas, paman!'. Kamu tahu? Aku terkejut bukan main, pikirku langsung mengarah kepada bayi Luna tiga tahun yang lalu. Dan ternyata benar."

Calvino bercerita reka adegan dengan ekspresif, Javier tersenyum kecil.

"Aku benar-benar berterimakasih karena yang menemukan itu kamu, aku tidak bisa bayangkan jika itu orang jahat."

Calvino tersenyum menepuk bahu Javier. "Sudah, jangan dipikirkan lagi. Sekarang kedepannya kamu harus lebih hati-hati lagi, Luna anak yang cantik, loh!"

"Gracias, Vino."

Vino balas mengangguk. "Ngomong-ngomong kamu tinggal dimana?"

"Aku tinggal di perkebunan gandum, 15 menit dari sini."

"Papa ..." Rengekan Luna mengalihkan obrolan mereka. "Luna mengantuk ..."

Javier dan Calvino tersenyum kecil.

"Sepertinya aku harus pulang sekarang," ucap Javier sambil beranjak menggendong Luna.

"Mungkin aku bisa ikut denganmu, Jav."

"Ikut denganku? Tapi teman-teman-"

"Tidak masalah, kami masih beberapa hari lagi disini. Aku akan bilang kalau aku menginap di rumah temanku, hehe. Boleh, kan?"

"Hmm ... boleh saja, sih."

"

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
Mi Luna [✓]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora