doce ; grandpa

1.3K 175 129
                                    

Javier memasuki wilayah perkebunannya sepulangnya dia dari membelikan permen kapas kesukaan Luna, sekaligus dari mengantar 50 karung gandum ke Yellow Bakery.

Alisnya menaut penasaran melihat sebuah mobil yang familiar baginya. Baru saja memarkir mobilnya, Jericho datang dan berbisik.

"T-tuan Sergio ..."

Mata Javier membulat. Ini adalah pertama kalinya ayahnya kemari. Selama ini dia memang mengharap bertemu dengan ayahnya, tapi dia tidak menyangka kalau itu akan terjadi hari ini.

Dia pun turun dan menggendong Luna juga. Dengan mengatur jantungnya yang berdebar karena akan bertemu ayahnya sejak pengasingannya dari Murcia, dia melangkah masuk ke rumahnya.

Di sana sudah duduk ayahnya dan Maria yang mengobrol. Mengetahui kedatangan anaknya, Sergio lantas berhenti mengobrol. Mata mereka bertaut, Serigo lantas bangkit dan memeluk Javier.

Javier membalas pelukan sang ayah, mata berairnya sudah dia sembunyikan di bahu sang ayah. Maria yang melihat Luna di ambang pintu dengan permen kapasnya pun mengajaknya untuk di pangku.

Pelukan ayah-anak itu terlepas. Serigo memandang haru anak kesayangannya.

"Bagaimana kabarmu, nak?"

Javier menyeka air mata yang belum sempat mengalir. "Aku ... Aku baik, dad ..."

"Maaf daddy baru berkunjung. Daddy sudah merasa menjadi ayah yang gagal, daddy—"

"Tidak ..." Potong Javier. "Jangan bilang begitu, aku mengerti keadaannya. Bagaimana kabar mommy?"

"Mommy baik-baik saja."

"Syukurlah."

Sergio menatap anaknya bangga, meskipun selalu diperlakukan kurang baik oleh ibunya, Javier tetap peduli.

"Daddy tidak menanyakan kabar Luna?" Candanya.

Sergio berbalik badan. Melihat Luna di pangkuan Maria sambil memakan permen kapasnya.

"Nyonya Maria ..." Bisik Javier. Mengirimkan kode untuk pergi.

Maria mengangguk. Dia menurunkan Luna dari pangkuannya dan langsung diambil alih oleh Javier.

"Luna?" Panggil Sergio ragu.

Luna kecil mengangkat kepalanya. Tapi dia tidak bereaksi apa-apa. Luna memang mempunyai kepribadian yang akrab dengan siapa saja, tapi itu hanya untuk orang yang sudah dikenalnya. Dia mendangah melihat Javier.

"Papa, kakek ini siapa?"

"Dia—"

"Aku kakekmu," pangkas Sergio.

Membuat tatapan tak percaya dari Javier.

"Kakek?"

"Uhm ... Iya, dia kakek Luna. Papanya papa," timpal Javier mengiyakan pernyataan ayahnya tadi.

Luna beralih melihat Sergio yang tersenyum di depannya.

"Ini pertama kalinya kakek kemari, jadi Luna baru bertemu kali ini," jelas Javier.

Perlahan Luna tersenyum. "Halo kakek, Luna punya permen kapas, kakek mau?" Tawarnya menyodorkan.

Sergio merasa ingin menangis. Ingatan-ingatan masa lalu tentang Luna saat masih bayi justru terngiang di kepalanya.

"Kakek mau peluk Luna, boleh?"

Luna langsung memeluk Sergio dengan tangan mungilnya. Sergio ikut memeluk Luna, mengabaikan pakaiannya yang terkena permen kapas merah jambu milik Luna.

 Sergio ikut memeluk Luna, mengabaikan pakaiannya yang terkena permen kapas merah jambu milik Luna

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.
Mi Luna [✓]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora