Javier menggandeng tangan Luna keluar dari rumah menuju mobil yang telah di siapkan, yang berbeda dengan mobil yang ditumpangi kedua orangtuanya.
"Jav?"
Javier menoleh ke kanan, Miguel menatapnya cemas.
"Semua baik-baik, saja?"
Javier mengangguk. "Iya, kak."
Mobil pun melaju ke gedung resepsi. Sepanjang perjalanan Miguel sedikit merasa janggal. Dia tahu benar seperti apa Luna, dia akan terus berbicara dan menunjuk-nunjuk pemandangan yang dilihatnya kepada Javier. Tapi sejak tadi Luna hanya melihat keluar jendela tanpa bersuara. Suasana mobil menjadi sunyi.
Mereka bertiga turun dari mobil. Miguel langsung berpamitan menuju altar untuk bersiap, sementara Javier masih setia menggandeng Luna masuk ke dalam tempat acara sampai mereka tiba di meja berisi kue-kue.
"Sayang, Luna tahu kan harus memanggil papa apa disini?"
"Papa ..."
"Bukan papa, paman."
Luna menunduk membuat Javier merasa bersalah.
"Hey ada apa, princess?"
"Kenapa Luna harus memanggil papa dengan paman? Luna tidak mau."
"Hanya untuk hari ini saja, di tempat ini saja, sayang."
"Javier?!"
Javier lantas mengangkat kepalanya, dia terkejut melihat beberapa anggota klub sepakbolanya semasa SMA ada di sana.
"Bagaimana kabarmu? Kami sudah tidak pernah melihatmu-oh dan wah anakmu sudah besar, ya?"
Javier terkesiap. Dia salah langkah. Ada teman-teman SMA nya disini, artinya mereka semua tahu kalau dia pernah mendeklarasikan bahwa Luna adalah anaknya.
"Ngomong-ngomong dia cantik, hey siapa namamu anak manis?"
"Luna," jawabnya.
"Luna, ah manisnya. Kamu cantik seperti Luna yang ada di langit. (Luna in Spanish ; bulan)
"Terimakasih, paman."
"Ah dia juga sopan. Wah Jav, kamu mendidik anakmu dengan baik."
Javier sedikit tersanjung dengan itu. Padahal dulu saat dia mengaku, banyak dari mereka seperti menjauhinya, tapi ternyata ada juga dari mereka yang tidak mempermasalahkannya, mungkin karena kepribadian Javier sudah mendarah daging kepada mereka.
"Ngomong-ngomong, bagaimana kalian bisa disini? Menjadi tamu di pernikahan kakakku?"
Mereka saling pandang. "Loh, kamu tidak tahu siapa calon istri kakakmu?"
Javier mengerutkan dahinya. 'Memang siapa?'
"Nah itu dia mempelai wanitanya," tunjuk salah satu temannya.
Javier menoleh. Matanya membulat sempurna melihat siapa yang akan bersanding dengan kakaknya di altar.
'CAROLINA?!'
YOU ARE READING
Mi Luna [✓]
General FictionAdalah sebuah dosa besar bagi Luna yang mencintai ayahnya sendiri. -------🌙 Javier Hernandez (18) merelakan masa depan dan impiannya untuk menjadi pesepak bola Internasional di Madrid sejak kehadiran Luna ; bayi yang dengan tidak sengaja dia temuka...