veinticuatro ; singing class

886 116 57
                                    

Kelas terakhir baru saja berakhir, tapi Luna tampak bersemangat karena ini hari pertamanya bergabung dengan klub menyanyi.

"Perla, Matea, aku duluan ya," pamitnya sembari bangkit.

Perla dan Matea mengangguk sambil melambai. "Semangat, Luna!"

"Hey Luna! Tunggu aku!" Teriak Martius yang masih menyeleretkan tasnya, dia berlari mengejar Luna yang sudah di luar kelas.

"Ah Martius jauh-jauh sana!"

"Apa? Kenapa? Kita searah, kan?"

Luna menggeram, dia mempercepat langkahnya begitu juga Martius.

Mereka pun tiba di kelas seni, ternyata sudah banyak orang di sana. Tapi Miss Lucy belum terlihat ada di sana.

"Luna!" Panggil Martius sambil mengajaknya duduk di sebelahnya.

Luna merotasikan matanya malas, dia lantas berjalan ke sisi yang lain, lebih jauh dari tempat Martius duduk.

"Selamat siang! Terimakasih sudah datang ya di hari pertama ini. Hari ini kita tidak perlu terlalu serius ya, Miss ingin mengenal kalian lebih dekat dulu. Jadi satu persatu berdiri dan perkenalkan diri, ya."

Mereka mengangguk mengerti, di mulai dari ujung kanan bagian depan, satu persatu murid mulai memperkenalkan dirinya sampai murid terakhir.

"Oke, semua yang hadir disini lengkap dengan daftar anggota yang daftar kemarin. Disini ada yang ingin unjuk bakat menyanyinya?"

Luna langsung mengangkat tangan, tapi sudah didahului oleh anak dari kelas lain. Akhirnya Miss Lucy memilih anak itu, dia bernyanyi lagu yang bagus. Luna mendadak menciut, ternyata ada yang lebih bagus bakat menyanyinya selain dia.

Anak itu selesai bernyanyi dan dipersilakan untuk duduk kembali.

"Luna? Bukankah kamu tadi mengangkat tangan juga?"

"...."

"Luna?" Tepuk seseorang di sebelahnya. Membuat Luna tersadar dari lamunannya.

"Eh iya?!"

Murid-murid di sana menertawakannya karena Luna tidak menyahut ketika dipanggil, terkecuali Martius.

"Kamu tadi mengangkat tangan juga, kan?" Ulang Miss Lucy.

"Eh?" Luna mendadak gugup. "A-anu, Miss ... Luna ingin ijin ke toilet, hehe."

Lucy tersenyum kecil. "Ya sudah, pergilah, jangan lupa kembali, ya?"

Luna tersenyum kikuk. "Hehe baik, Miss." Dia langsung bangkit dan keluar.

"Miss, saya juga ijin ke toilet," pamit Martius dan langsung keluar.

Dia melirik ke kanan dan ke kiri, mencari kemana Luna pergi. Karena dia tahu sesuatu terjadi pada Luna, Luna tidak mungkin melamun tanpa sesuatu.

Ekor matanya menangkap sosok Luna yang berbelok menghilang di balik tembok, dia langsung mengejar dan menggaet pergelangan tangan Luna.

Luna terkejut menatap Martius. "Ada apa?"

"Kamu mau kemana?"

Dahi Luna mengernyit. "K-ke toilet, lah."

"Bohong, mana ada toilet kearah sini."

Luna tersentak. "A-aku mau ke-"

"Luna," potong Martius. "Ada apa?"

Luna menegakkan tubuhnya dan menarik tangannya. "Bukan urusanmu," jawabnya kemudian beranjak pergi.

"Memang bukan urusanku, tapi aku peduli."

Mi Luna [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang