diecinueve ; cooking class

1K 137 80
                                    

Kelas baru saja berakhir siang itu, para murid begitu bersemangat mengemas alat tulis mereka. Tapi tidak dengan Luna, pengumuman mengenai ujian akhir tata boga itu sedikit membuatnya sedih.

"Luna."

Luna menoleh kearah anak laki-laki rambut keriting dan berkacamata bulat yang memanggilnya, itu Martius.

"Apa?"

"Apa kamu akan memasak dengan ayahmu di ujian akhir nanti?"

"Tentu saja, memang kenapa?"

"Hmm ... tapi tadi disuruh mengajak ibu masing-masing, loh."

Luna menunduk. Perla langsung memukul kepala Martius sampai kacamatanya melorot.

"Apa maksudmu mengatakan itu? Kamu mau membuatnya menangis? Pergi saja sana!"

"B-bukan seperti itu."

"Jadi aku harus apa? Memanggil mamaku yang sudah mati untuk menemaniku dikelas memasak?" Lirih Luna.

Martius menggaruk tengkuknya. "A-anu ... maaf Luna."

Luna terisak kecil, dia lantas pergi keluar membawa tasnya.

"Martius, kamu jahat! Setelah ini Luna tidak akan mau bicara denganmu," ucap Perla kesal. "Ayo Matea, kita susul Luna!"

Perla dan Matea menghampiri Luna yang duduk di depan gerbang sekolah, mereka sudah melihat Luna menangis di sana.

"Luna," panggil Matea sambil memepetkan duduknya dengan Luna.

"Jangan dipikirkan omongan Martius, dia itu memang bodoh!" ujar Perla

Luna menggeleng. "Martius benar, kok."

"Benar darimananya?! Intinya kamu jangan memikirkan omongan dia, ya. Ibu guru tadi bilang tidak wajib membawa ibu, kan?" sambungnya.

"Benar Luna, aku nanti akan membawa bibiku karena masakan mamaku tidak begitu enak hehe," ucap Matea menenangkan.

"Lihat, Matea juga tidak membawa ibunya. Jadi tidak ada yang melarangmu membawa papamu ke ujian akhir nanti," sambung Perla.

Luna menghapus cepat sisa airmatanya. "Terimakasih ya, Perla, Matea."

"Lihat saja, Martius nanti pasti akan kalah! Masakan papamu kan enak, Luna," sorak Perla menyenangkan.

Ucapan kedua teman baiknya menenangkannya. Memang perkataan Martius tadi cukup menyakitkan.

Luna menghampiri papanya yang berada di gudang gandum, dia memeluk papanya tiba-tiba dari belakang membuat Javier lantas menoleh

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Luna menghampiri papanya yang berada di gudang gandum, dia memeluk papanya tiba-tiba dari belakang membuat Javier lantas menoleh.

"Oh hey, sudah pulang sayang?"

"Iya, kan paman Jericho tadi yang menjemput hehe."

"Sudah makan, hm?"

Luna menggeleng. "Luna mau makan dengan papa."

Mi Luna [✓]Where stories live. Discover now