quince ; dinner

1.1K 141 96
                                    

Beberapa hari berlalu, Calvino juga sudah kembali ke Barcelona untuk kembali berkuliah. Sebenarnya Javier cukup menyayangkan dirinya memilih tidak melanjutkan sekolah, tetapi setiap orang punya pilihan dalam menjalani kehidupannya, kan?

Malam ini Javier pergi untuk memenuhi hutangnya untuk makan malam dengan Teresa, dengan berat dia menitipkan Luna kepada Maria. Untung saja Luna mau karena ada Baloo, anjingnya Jericho di sana.

Dia memarkir mobil pickup-nya agak jauh dari sebuah restoran biasa, dia kemudian menuju meja nomor 11 yang diminta oleh Teresa. Baru duduk beberapa menit, Teresa datang menghampirinya.

"Menunggu lama, Jav?"

Javier menggeleng cepat. "Aku juga baru saja datang."

Seorang waiter menghampiri dengan membawakan buku menu.

"Kamu ingin pesan apa, Jav?"

"Fideua, minumnya rebujito."

"Oke, fideua dua, minumnya rebujito dan horchata, ditambah croquetas."

"Dua fideua, satu croquetas, satu rebujito, dan satu horchata. Oke mohon ditunggu."

"Terimakasih," ucap Teresa.

"Terimakasih juga sudah mau makan malam denganku, Javier."

Javier mengangguk. "Sama-sama, nyonya."

"Uhm ... kamu bisa memanggilku tanpa imbuhan itu."

"Kenapa?"

"Tidak apa-apa."

"Aku sudah terbiasa memanggilmu nyonya Teresa."

Teresa mengangguk-angguk sambil tersenyum. "Bagaimana harimu? Semua berjalan lancar?"

"Tadi nyaris saja salah satu pengiriman dibatalkan, karena karung habis."

"Oh jadi bagaimana?"

"Sudah teratasi, pesanan karung kami datang tepat waktu."

Mereka melanjutkan mengobrol hal-hal umum sampai pesanan mereka datang. Pun mereka makan dengan tenang, masih dengan sesekali mengobrol.

Saat di pertengahan makan, Teresa mencuri-curi pandang kearah Javier yang sedang menikmati croquetas.

"Uhm ... ngomong-ngomong Jav, apa kamu tidak berniat mencari ibu baru untuk Luna?"

Oke, pembicaraan inti dimulai.

Pertanyaan itu sukses membuat Javier menghentikan acara makannya.

"Hmm ... sebenarnya aku belum berpikir kearah sana."

Teresa mengangguk-angguk. "Kamu pasti sangat mencintai ibunya."

Javier hanya tersenyum kecil. Teresa sama sekali tidak tahu kalau Luna bukan anak Javier. Yang Javier katakan pada orang-orang adalah dia sudah menikah dan istrinya mati karena melahirkan Luna.

"Tapi, tidakkah kamu pernah berpikir? Mungkin saja Luna selama ini ingin merasakan kasih sayang dari seorang ibu?"

"Sejauh ini aku melihat dia selalu bahagia saat bersamaku," jedanya. "Lagipula, aku sanggup memberikan dua kasih sayang untuknya, baik dari seorang ayah .. maupun seorang ibu."

Teresa tersenyum kecut. Dia meraih horchata dan meneguknya. "Jav."

Javier kembali mengangkat pandangannya.

"Kalau sekiranya suatu saat kamu memikirkan untuk mencari ibu untuk Luna ... uhm ... aku ... aku bisa ..."

Javier mengerjapkan matanya beberapa kali.

Mi Luna [✓]Where stories live. Discover now