Love And Heart [Republish]

36

Rangga terdiam sejenak. Memang selama ini dia terlalu mengejar Nurani dengan intens. Apakah kalau dia pakai sistem tarik ulur seperti ini bakal ada yang berubah ya? Dia baru memikirkan strategi semacam ini. Mengapa dia tak pernah memikirkannya?

"Yang seperti itu kan berarti cowok PHP! Bukannya sikap tulus dan jujur itu lebih baik?" elaknya tak mau kalah meskipun sebenarnya taktik tarik ulur ini sedikit membuatnua tertarik.

Cinta berdecak-decak sembari menggoyangkan jari telunjuknya. "Kalau terlalu terus terang, itu sama sekali nggak seru. Tarik ulur itu kadang perlu."

"Sok banget sih kamu!" ketus Rangga jengkel.

"Memangnya Dokter nggak tahu kenapa saya diberi nama Cinta? Itu karena saya ini ahlinya dalam bidang percintaan," ucap Cinta sembari bersedekap.

Rangga memicingkan matanya. "Masak sih?" 

"Nama itu adalah doa. Jadi seperti itulah kepribadian saya terbentuk," angguk Cinta sok yes.

"Dokter mau nggak saya beri tips-tips untuk PDKT sama Kak Rani? Saya ini bukan hanya sekadar pakar cinta biasa. Saya juga adiknya Kak Rani. Saya tahu segala rahasia tentang dia bahkan sampai ukuran branya," tutur Cinta penuh kebanggaan.

"Kenapa tiba-tiba bahas ukuran bra sih!" amuk Rangga dengan raut merona. 

Cinta menutupi mulutnya dengan telapak tangan untuk menyembunyikan senyumnya yang terkembang. Dia tak menyangka Rangga ternyata punya sisi imut seperti ini. Padahal selama ini dia selalu tegang jika jaga bersama dokter yang sok galak ini. Kharisma Rangga sudah luntur semua, sekarang cowik itu malah kelihatan bodoh di mata Cinta.

"Dokter sok polos banget. Bahas bra doang malu-malu. Padahal tiap hari nongkrong di VK!" olok Cinta.

"Ini dan itu beda!" tegas Rangga.

"Jadi Dokter mau nggak saya beri tips?" tawar Cinta lagi.

Rangga termenung sejenak. Tips dari adiknya Rani? Sepertinya bukan hal buruk. 

"Tapi nggak gratis!" seru Cinta.

Mata Rangga memicing. Dia sudah menduga sih, kalau Cinta tidak akan memberikan tips itu secara cuma-cuma.

"Apa syaratnya?" 

Mendengar pertanyaan Rangga itu. Senyuman Cinta melebar sampai mulutnya hampir sobek. Dia tidak pernah menyangka akan muncul kesempatan untuk membalas dendam seperti ini. Sementara Rangga mulai ragu-ragu melihat tawa mengerikan dari Cinta yang tanpa suara.

"Pertama, Dokter tidak boleh membully saya lagi!" tegas Cinta.

"Memangnya selama ini aku pernah menganiayamu?" Tanpa rasa bersalah Rangga bersedekap.

Cinta mengerucutkan bibir. Cowok ini hilang ingatan ya! "Dokter tidak boleh menghina dan mengucapkan kata kasar pada saya. Dokter juga nggak boleh memberi saya banyak tugas lagi," tegas Cinta.

"Sejak awal membully saya itu salah. Harusnya dokter baik-baikin saya dong kalau mau naik pangkat jadi kakak ipar," ketus Cinta.

Rangga berdecak dengan kesal. "Itu saja?"

"Itu yang pertama. Yang kedua, kalau sedang dinas bersama saya, Dokter harus memberi saya perasat."

Rangga tercengung. Ternyata syarat yang diajukan Cinta tidak seburuk yang dia duga. Selain itu syarat yang kedua ini tak pernah dia duga. Ternyata Cinta cukup punya keinginan untuk mengasah skillnya. Pandangan Rangga terhadap calon adik iparnya itu sedikit berubah.

"Itu saja!" tegas Rangga.

"Masih ada lagi!" elak Cinta.

"Dokter bantu nulis laporan persalinan saya dong lima belas biji aja."

Rangga mengkerut. Apa? Bantu nulis? Tidak akan! "Syarat ketiga ditolak!" ketusnya.

"Kalau kamu masih ngajuin syarat lagi apa kamu mau dibully lebih parah lagi?" ancamnya dengan raut wajah mengerikan.

"Ba-baiklah, dua syarat itu saja!" tegas Cinta, ngeri juga kalau masih harus dibully lagi.

"Kalau begitu aku perlu syarat tambahan," kata Rangga. "Kalau di luar rumah sakit, panggil aku Kakak."

Cinta melongo. Kakak?

***

Votes dan komen ya guys... Aku numpang promo lagi. Yang pengen baca di karyakarsa.com tapi nggak tahu gimana caranya, bisa tonton video tutorialnya di bab 1 ya.

Mumpung masih ada promo di akhir bulan nih...