39

6.3K 869 33
                                    

"Kemarin-kemarin tidak sungsang, Dok, tiba-tiba saja saat mau melahirkan tadi dibilang sungsang. Saya jadi bingung. Kira-kira bisa lahir normal kan, Dok?"

Rangga tersenyum kecil untuk menenangkan pasien yang tampak cemas itu. "Akan kami upayakan."

Rangga mengigit bibir bawahnya dengan gugup. Bukan sungsang. Ini kemungkinan adalah anenchepaly. Suatu kecacatan bawaan yang membuat bayi tidak memiliki tempurung kepala. Satu kasus yang langka. Mungkin karena itu bidan yang merujuknya mengira bayi ini dalam presentasi sungsang, karena bagian kepala yang teraba lunak seperti bokong. Ini bukan diagnosis yang pasti, dia perlu melakukan USG dulu.

"Pak, kami ingin melakukan pemeriksaan USG untuk diagnosis. Apakah Bapak bersedia?" tanya Rangga pada sang suami yang mendamy istrinya.

"Ya? Apakah ada masalah dengan istri saya?" tanya pria itu tampak khawatir.

"Tidak, kami hanya ingin memastikan sesuatu," ucap Rangga getir. Dia tidak bisa mengatakan secara langsung bisa anak yang dikandung pasien kemungkinan mempunyai cacat bawaan. Ibu ini sudah mengandung selama sembilan bulan dan pastinya berharap anaknya bisa lahir normal.

"Baiklah, saya nurut saja apa kata Dokter, yang penting istri dan anak saya selamat."

Rangga merasa sangat miris ketika sang suami berkata demikian. Dia sungguh-sungguh berharap dugaannya salah. Semoga saja bayi ini benar-benar presentasi bokong dan bukan anenchepaly.

Setelah menyerahkan informed consent atau lembar persetujuan tindakan medis untuk USG yang harus ditandatangani suami pasien, Rangga memberi arahan pada para bidan dan perawat untuk membawa pasien ke poli untuk USG. Dengan gugup Rangga menyalakan alat USG dan memeriksa pasien. Hatinya berdenyut nyeri ketika melihat layar monitor USG. Dugaannya sepertinya benar. Bayi ini memang berada pada presentasi kepala dengan punggung kiri, tetapi bagian kepala tidak bisa terlihat karena sudah masuk jalan lahir di bawah simfisis pubis. Rangga mengembuskan napas berat. 

"Ibu, boleh saya periksa dalam?" tanya Rangga. Jika sudah seperti ini dia harus memastikan dengan tangannya sendiri, apa benar bagian kepala janin lunak dan berdenyut-denyut.

Sang ibu yang tidak punya prasangka apa pun memberinya ijin dengan sukarela. Cinta dengan sigao mempersiapkan handskoen dan bengkok untuk Rangga. Dokter itu lalu melakukan pemeriksaan dalam. Hatinya serasa hancur ketika dua jarinya masuk ke dalam jalan lahir. Benar apa kata Cinta, jarinya merasakan lunak dan berdenyut-denyut. Jelas ini presentasi kepala, anenchepaly.

"Bagaimana, Dokter?" tanya Cinta cemas melihat raut wajah Rangga yang murung.

"Kamu benar," desah Rangga. "Ini Anenchepaly."

Cinta menutup mulutnya dengan telapak tangan. Dia melirik sang ibu yang tersenyum lembut. Wanita itu bertanya, "Bayi saya tidak apa-apa, kan, Dok?"

"Iya, bayinya cukup sehat," senyum Rangga getir. Dia menghela napas kemudian meminta Cinta memanggilkan sang suami. Meskipun harus melukai perasaan pasien, sebagai seorang dokter dia harus menyampaikan kebenaran.

***

"Anenchepaly?" ulang sang suami dengan mata berkaca-kaca setelah mendengar penjelasan dari Rangga.

Rangga mengangguk dengan menyesal. "Ini satu kasus yang langka. Perkembangan otak janin tidak sempurna. Janin tidak memiliki tempurung kepala kemungkinan otak besar dan otak kecil juga tidak berkembang. Bayi masih bisa dilahirkan dengan normal, tetapi dia tidak bisa bertahan hidup lama."

Rangga menahan napas ketika melihat pria itu menunduk dan meneteskan air mata. "Akan saya sampaikan pada istri saya, terima kasih, Dokter," ucapnya lirih. Pria itu bangkit lalu menghampiri istrinya. 

Cinta mengawasi dari jauh ketika sang suami menyapa istrinya dengan lembut lalu mencium kening wanita itu. Setelah sang ibu mendengar apa yang diucapkan suaminya, raut wajah wanita itu berubah seketika. Dia menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Bahunya tampak bergetar dengan hebat. Cinta tak dapat membayangkan bagaimana perasaan wanita itu. Selama sembilan bulan dia mengandung dengan harapan yang besar. Kini dia harus menerima kenyataan bahwa anaknya tidak akan bisa tumbuh menjadi anak yang normal.

***

Up!

Dulu waktu main ke Perina, aku lihat ada bayi yang kepalanya ketutupan underpad gitu. "Eh, bayimu kepalanya ketutupan loh!" Aku negur temenku terus buka underpadnya.

Jeng jeng!

Langsung aku tutup lagi underpadnya. Anenchepally. Bayinya nggak punya mata. Hidungnya cuman berupa lubang aja dua gitu. Nggak ada tempurung kepalanya. Bayi itu hidup cukup lama. Sekitar dua minggu sebelum akhirnya menghembuskan napas terakhir karena apnea. Selama dua minggu itu ibunya setiap hari mengunjungi bayinya dan membawakan ASI. Asinya di masukkan lewat NGT (selang yang dimasukkan ke lambung) lewat mulut. Ibunya tabah sekali. Aku pengen nangis lihatnya. Itu kasus yang membekas di hati aku.

***
Votes dan komen ya guys...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Numpang promo

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Numpang promo. Yang kepo langsung aja ke karyakarsa.com

Love And Heart [Republish]Where stories live. Discover now