9

22.3K 2.3K 91
                                    

Setelah shift pagi lalu shift malam benar-benar serasa liburan. Cinta menikmati hari dengan mengerjakan laporan dan mendengarkan alunan musik. Sesekali dia bernyanyi mengikuti irama. Tanpa sadar, tahu-tahu jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Buru-buru Cinta bangkit. Dia mandi, lalu mengganti pakaian dengan seragam praktik. Ketika keluar kamar, sungguh tak terduga, dia bertemu pria itu. Dokter Rangga.

Cowok itu menatapnya dengan tajam seolah mau melubangi kepala Cinta. Cinta mengangguk dan menyapanya dengan sopan.

"Malam, Dog!" Cinta cukup senang memanggil pria ini dengan singkatan gelar begitu. Dalam hati dia terkekeh karena bisa mengatai orang sesuka hati tanpa ketahuan.

Rangga menaikkan alis, tetapi tidak berkomentar. Ketika pintu apartemen di sebelah timur kamar Cinta terbuka, raut pria itu berubah semringah. Seorang wanita dengan seragam bidan keluar dari sana.

"Malam, Bu Alfa," sapa Rangga ramah. Cinta diam-diam mendengkus. Ini orang benar-benar berkepribadian ganda. Kenapa dia tampak baik pada semua orang kecuali pada Cinta?

"Malem, Dok," sapa bidan itu ramah. Cinta baru tahu kalau Bu Alfa adalah tetangganya. Bukankah apartemen di sini mahal? Setahunya hanya kelas elit seperti dokter dan jaksa yang tinggal di area ini. Emangnya gaji bidan cukup buat menyewa unit di sini?

"Dokter Gama lagi operasi?"

"Ah, iya, dia tadi dapat panggilan. Sebelas operasi dalam sehari. Seperti kerja rodi aja," keluh Bidan Alfa.

Cinta termenung sejenak. Dia bingung kenapa tiba-tiba mereka membicarakan Dokter Gama. Cinta memandangi Bidan Alfa dengan penuh curiga. Masa, sih, cewek dengan penampilan standar ini istrinya Dokter Gama yang kayak malaikat itu? Gila! Menang banyak banget!

"Semoga malam ini VK aman, ya, biar dia bisa istirahat," ucap Bidan Alfa penuh harap.

Cinta melongo. Masih tidak percaya dengan informasi yang baru dia terima. Ketika matanya bertemu dengan Bidan Alfa. Wanita itu tersenyum ramah.

"Oh, kamu mahasiswi yang kemarin itu, ya? Kamu adiknya Dokter Nurani?" kata wanita itu takjub.

"Iya, Bu," angguk Cinta penuh hormat.

"Wah, dunia memang sempit. Ayo kita berangkat bersama."

Cinta mengangguk antusias. Asyik! Dia jadi tidak cang-gung kalau harus berangkat bersama Rangga. Mereka bertiga melangkah menuju lift untuk turun ke lantai satu. Bu Alfa adalah senior yang sangat baik. Seketika saja, dia membuat Cinta merasa nyaman saat mereka mengobrol. Cinta berharap semoga kedepannya dia bakal sering satu shift dengan wanita yang ramah ini. Dan dia juga berharap agar dirinya dijauhkan dari syaiton nirojim yang mengikuti langkahnya bersama Bu Alfa di belakang.

***

"Oke, bagus," ucap Rangga setelah membaca sekilas isi paper Cinta.

"Hal sepele seperti ini harusnya kamu tahu, dong. Jangan turunkan martabat Prof Sarwono dengan tingkah laku-mu!"

Cinta meremas tangan. Dia benci semua orang selalu membandingkan dirinya dengan nama besar sang ayah. Jika dia bodoh itu sudah pasti salahnya sendiri. Kenapa ayahnya harus selalu dibawa-bawa?

Namun, berkebalikan dengan hatinya mengamuk, Cinta justru tersenyum dan mengangguk. "Baik, Dog, terima kasih atas bimbingannya. Saya jadi lebih paham tentang obat-obatan uterotonika," ucapnya sok manis.

"Oke, sana, kamu boleh pergi!" usir Rangga.

Setelah Cinta menjauh, Rangga menghampiri Bidan Alfa yang sedang berkeliaran dengan sibuk.

"Bu Alfa, Anda yang mengatur jadwal praktik mahasiswa, kan?" tegur Rangga tiba-tiba.

Alfa mengangguk. Wanita itu tampak murung karena harapannya tidak terkabul. Ada dua operasi yang harus dia siapkan malam ini. Dia sungguh mengkhawatirkan kondisi kesehatan suaminya.

Love And Heart [Republish]Where stories live. Discover now