37

6.2K 765 18
                                    

"Kalau begitu aku perlu syarat tambahan," kata Rangga. "Kalau di luar rumah sakit, panggil aku Kakak."

Cinta melongo. Kakak? Ada apa dengan panggilan kakak lagi? Sepertinya orang ini terobsesi dengan panggilan kakak ya? Emangnya dia merasa pantas dipanggil begitu? Sikapnya yang suka membully aja masih seperti bocah begitu!

"Nggak mau!" tolak Cinta langsung.

Dahi Rangga berkerut. "Kenapa sih? Manggil kakak doang nggak mau! Nanti juga kalau aku berhasil sama Nurani, kamu pasti manggil aku kakak, kan? Apa bedanya manggil kakak sekarang sama nanti!" 

"Nggak ada jaminan Dokter bakal berhasil! Pokoknya saya nggak mau! Lain soal kalau nanti Dokter beneran bisa nikah sama Kak Rani!" tegas Cinta.

Sejujurnya Cinta sedikit trauma dengan panggilan kakak. Pada tempat praktik sebelumnya, pernah ada dokter yang memintanya memanggil dengan akrab seperti itu. Cinta yang tidak berpikiran macam-macam dan mengiyakan saja. Namun ternyata panggilan itu membawanya ke lembah derita. Dia jadi bahan gosip di antara teman-teman seangkatannya. Cewek jalang yang suka PDKT dengan dokter. Padahal yang PDKT itu mereka. Kenapa Cinta yang dijelek-jelekan sih? Cinta tidak akan mengulangi lagi kesalahan semacam itu lagi.

"Terus kenapa kamu manggil Erza Kakak, tapi aku nggak!" amuk Rangga.

Cinta tertegun menatap Rangga yang uring-uringan. Dia mencerna kembali kalimat yang baru saja diucapkan Rangga baik-baik. Jadi dia cemburu sama Kak Erza toh? 

Seketika tawa Cinta menggema di lorong rumah sakit yang gelap. Dia sungguh tidak menyangka kalau Rangga ternyata benar-benar imut. Apa Kak Rani tahu sisi Rangga yang seperti ini ya? Cinta bertanya-tanya dalam hati. Kalau tahu mungkin saja Rani bisa berubah pikiran, kan? Perlahan Cinta mulai menyukai kepribadian Rangga. Yah, sepertinya tidak terlalu buruk kalau orang ini menjadi kakak iparnya.

"Kenapa kamu ketawa begitu!" geram Rangga tambah emosi. Namun sebenarnya melihat Cinta tertawa lepas seperti itu dia merasakan perasaan yang aneh. Seolah ada kupu-kupu di dadanya. Perasaan apa ini ya?

"Kak Erza itu teman Kak Rani dari SMA. Saya sudah mengenalnya sebelum dia jadi dokter. Itu hanya kebiasaan saja yang nggak bisa saya ubah. Dokter nggak usah cemburu begitu," jawab Cinta di sela tawanya.

"Siapa yang cemburu, Kampret!" elak Rangga sambil mengamuk.

Gelak Cinta makin keras saja. Rangga memelototinya dengan tajam sehingga akhirnya cewek itu berhenti juga. Cinta berdeham-deham. Dia masih pengen ketawa tapi wajah Rangga sekarang terlalu menakutkan.

"Dokter, kalau pasang muka kayak gitu terus, nanti Kak Rani beneran nggak mau sama Dokter loh!" ancam Cinta. Wajah Rangga kalau sedang marah seperti itu lebih seram daripada buto ijo.

"Kalau kamu masih berani ngetawain aku seperti itu, perjanjian kita batal!" ucap Rangga serius.

"Iya, ya, maaf," keluh Cinta sembari mengerucutkan bibir. Kenapa sih ini orang nggak bisa diajak bercanda?

Cinta menyodorkan tangannya pada Rangga. "Kalau begitu perjanjian kita deal, kan? Sudah tidak ada syarat tambahan?" tanyanya.

Rangga memandangi tangan Cinta yang terulur. Dia jadi ingat betapa lembutnya tangan itu ketika dia menggandengnya tadi. Tiba-tiba saja kupu-kupu di jantungnya menari lagi. Perasaan apa sih ini sebenarnya?

"Deal?" ulang Cinta karena Rangga hanya bengong. Rangga yang tersadar akhirnya balas menjabat tangan cewek itu dengan mantap.

"Deal," angguknya.

***

Votes dan komen ya guys...

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
Love And Heart [Republish]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora