30

17.2K 1.1K 23
                                    

"Ng ... Dokter, anu ... Saya bisa makan sendiri," kata Cinta setelah menerima beberapa suapan dari Rangga. Debar jantungnya yang terus meningkat karena perilaku aneh Rangga sama sekali tidak baik untuk kesehatan.

Rangga memicingkan mata. Menatap Cinta dengan tidak senang. "Setelah minta disuapin terus bilang begitu. Tanggung! Ini juga sudah mau habis!" Rangga dengan tak acuh menyodorkan sendok lagi di depan mulut Cinta.

Cinta melotot mendengar ucapan dokter itu. Emangnya kapan dia minta disuapi! Cinta tertawa kering meski hatinya emosi. Dia menerima suapan dari Rangga dengan terpaksa.

Pintu kamar tiba-tiba terbuka. Nurani berdiri di depan pintu sembari bersenandung dengan suaranya yang sumbang. "Wahai pujangga cinta. Biar membelai indah. Teladani kalbuku. Jujurlah pada hatimu...."

Cinta dan Rangga sampai terperanjat. Mereka menatap Nurani yang menyengih lebar sampai mulutnya hampir sobek.

"Waduh, maaf ya, aku mengganggu kemesraan kalian!" kekeh Nurani.

"Mesra, ndasmu!" umpat Rangga. "Kenapa kamu kok balik?"

Nurani menangkupkan kedua tangannya di pipi dengan sok histeris. "Ya ampun! Kamu terganggu karena aku balik? Tapi ini kan apartemen aku."

"Aku cuman nanya, Kampret! Kamu kan lagi jaga. Ngapain kok balik ke sini!" Rangga uring-uringan tetapi kupingnya agak memerah.

"Kamu nggak balas chatku dari tadi. Aku khawatir demam Cintaku tambah parah. Makanya pulang sebentar dengan alasan beli martabak," jawab Rani sambil mengangkat keresek putih di tangan kanannya.

"Wah, martabak! Aku mau!" seru Cinta semangat.

Nurani dengan senang hati menyerah bungkusan itu pada adiknya. "Dimakan ya Cintaku, semoga lekas sembuh."

Rani menempelkan tangan kanannya di dahi Cinta lalu menempelkannya di dahinya sendiri. "Hm ... sudah turun demamnya."

"Iya, sudah agak mendingan, Kak," angguk Cinta. Cewek itu lalu menoleh pada Rangga.

"Ng ... Anu, sudah malam, sebaiknya Dokter istirahat," usir Cinta secara halus.

Rangga mengerutkan kening. "Nggak apa-apa kamu sendirian?"

"Iya, saya sudah mendingan. Terima kasih, Dokter."

"Beneran? Kayaknya wajahmu masih kelihatan merah begitu," ucap Rangga sangsi.

Ya, kalau kamu terus-terusan di sini dan berbuat hal-hal nggak masuk akal, wajahku bakal merah terus kayak gini! Cinta menjerit dalam hati.

"Pulang sana! Nggak baik tahu jam segini masih nongkrong di rumah cewek yang sendirian!" ketus Rani tidak tahu terima kasih.

Rangga hanya menggemertakan gigi dengan jengkel. "Siapa yang tadi maksa aku buat jaga adiknya!" amuk Rangga.

"Sana balik ke habitatmu! Adikku sudah lumayan sembuh!" usir Nurani.

Rangga berdecak-decak. Dia bangkit lslu keluar dari kamar diikuti dengan Nurani yanh sudah berpamitan untuk kembali ke rumah sakit.

Cinta terdiam sembari mengamati dua orang itu. Mereka terlihat serasi. Cantik dan tampan. Sama-sama dokter. Entah mengapa dada Cinta berdenyut nyeri. Cinta membuka bungkus martabak pemberian kakaknya. Dia terkejut melihat dompet sang kakak ada dalam keresek itu.

"Aduh, dasar Kakak! Ceroboh banget."

Cinta bangkit sambil membawa dompet itu. Dia keluar dari kamar lalu berjalan ke ruang tamu. Nurani dan Rangga mengobrol di sana.

"Bagaimana menurut pendapatmu tentang adikku?" tanya Nurani dengan senyuman usil.

Rangga memberengut tampak tidak senang. "Maksudmu?"

"Dia manis, kan?" senyum Rani. "Apa mungkin selama ini kamu membullynya karena alasan lain? Katanya Bu Alfa kamu lagi PDKT, kan? Sampai minta disamakan jadwalnya."

Rangga berdecak dengan kesal. "Hentikan itu, Rani. Kamu yang paling tahu siapa orang yang aku suka!"

***

Up! Maaf ya lama ga update.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tonton liveku di Shopee ya guys

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tonton liveku di Shopee ya guys. Meskipun ga beli bisa ngobrol-ngobrol sama aku.

Love And Heart [Republish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang