49

6.5K 946 48
                                    

Rani mengintip Cinta dan Rangga dari kejauhan. Kedua orang itu tampak menikmati jalan berdua bahkan sampai berpegangan tangan. Rani yakin firasatnya tidak salah. Pasti ada apa-apa diantara dua orang itu.

"Maaf ya, Catur. Aku ingin membuat mereka berduaan. Aku mengganggu kencanmu ya?" ucap Nurani pada cowok yang berada di sebelahnya.

"Banget!" aku Catur jujur sehingga membuat Rani tertawa.

"Tapi sepertinya saya memang harus menyerah, saingan saya memang terlalu berat," keluh cowok itu sembari memandangi Cinta dan Rangga yang sedang mengantri wahana bianglala. Meskipun dua orang itu tampak sedang berdebat sepertinya mereka cukup menikmati. Mereka memang cocok.

Rani menepuk pundak cowok itu. "Bagus kamu sadar diri," kekeh Rani.

"Dokter kejam sekali," dengus Catur kesal, tapi Rani malah tertawa lebar.

"Masih banyak cewek cantik yang bisa kamu PDKT-in di rumah sakir. Lita misalnya," hibur Nurani.

Catur terdiam dan memikirkan kemungkinan itu. Sebenarnya Lita cukup manis. Apalagi dia pintar, nggak seperti Cinta yang bego. Catur cukup tertarik dengan ide Nurani itu.

Rani meraih ponselnya yang bergetar di dalam tas. Dia mengerutkan kening melihat nomor yang tidak dia kenal tertera di layar. Residen penyakit dalam itu memutuskan menjawab telepon itu setelah merenung beberapa detik.

"Halo. Ya benar saya sendiri."

Catur mengamati ekspresi wajah Rani yang berubah dari senyuman pada bingung dan sedih.

"Baik, terima kasih informasinya," angguk Rani. Gadis itu memasukkan ponselnya ke dalam tas.

"Aku pergi dulu, Catur. Aku ada urusan," ucapnya sembari berlari pergi.

Catur bertanya-tanya. Ada apa gerangan?

***

"Dokter," tegur Cinta setelah mereka duduk di dam bianglala.

"Hm, apa?" tanya Rangga.

"Sampai kapan Dokter pegang tangan saya?"

Rangga terbelalak. Dia baru teringat pada jari-jarinya dan Cinta yang masih saling bertaut. Cowok itu segera melepaskan tangan Cinta dengan gugup.

"Oh ya, maaf, lupa," dalihnya sembari membuang muka untuk menyembunyikan wajahnya. Kenapa wajahnya jadi panas begini?

Cinta menunduk dan memegangi tangannya. Genggaman Rangga yang terlepas seketika membuat hatinya terasa kosong. Seolah kehilangan sesuatu.

"Pemandangannya bagus ya, Dok," ucap Cinta untuk mencairkan sepi. Gara-gara sibuk dengan degup jantung mereka sendiri. Keduanya terdiam cukup lama.

"Hm," angguk Rangga. Dia menoleh pada Cinta dengan kesal. "Dog itu belakangnya G, kan?" tuduhnya.

"Nggak kok! K!" elak Cinta. Padahal kadangkala dia memang menggantinya dengan G kalau lagi kesel

"Jangan bohong! Aku tahu kamu selama ini ngatain aku!" geram Rangga.

"Nggak! Dokter sensi amat!" ketus Cinta.

"Kalau gitu, panggil aku Kakak aja. Supaya kamu nggak bisa ngatain aku kalau lagi di luar begini!" tegas Rangga.

"Nggak mau!" tolak Cinta langsung.

"Kenapa sih kamu nggak mau banget manggil aku Kakak!" amuk Rangga.

"Dokter yang kenapa! Kok terobsesi banget sama panggilan itu!" Citra balas menyentak.

"Pokoknya saya nggak akan manggil Dokter Kakak sebelum Dokter nikah sama Kak Rani!" tegas Cinta.

Rangga menopang dagunya. "Kalau gitu kamu nggak akan manggil aku Kakak selamanya dong."

Cinta tertegun. Dia menoleh pada Rangga dengan bingung. "Maksudnya? Dokter sudah nggak punya niatan jadian sama Kak Rani?"

Rangga tak menjawab. Dia hanya terdiam sembari memandangi Cinta dengan tatapan yang aneh. Cinta merasakan jantungnya berdetak lebih cepat dua kali lipat. Kenapa sih orang ini memandangnya dengan cara seperti itu, bikin kegeeran saja!

Dering ponsel membuyarkan keheningan. Rangga berdecak-decak. Siapa sih ini yang mengganggu di saat krusial seperti ini! Ternyata nama yang tertera di layar ponselnya adalah Dini. Kurang ajar memang anak satu ini.

"Ada apa, Kampret?" sapa Rangga sambil mengumpat.

"Rangga kamu tahu Rani di mana? Dari tadi aku telepon nggak diangkat," ujar Dini suaranya terdengar panik.

"Tadi sih masih bareng, terus dia ngilang entah ke mana. Kenapa emangnya?"

"Erza...."

Rangga terdiam. Matanya membelalak setelah mendengar penjelasan dari Dini.

***

Up gaes... Terima kasih untuk votes dan komennya.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Love And Heart [Republish]Where stories live. Discover now